RedaksiHarian – Menghadapi MotoGP 2024, Ducati dengan andalannya Francesco Bagnaia masih menjadi favorit untuk meraih gelar juara.

Pengembangan yang dilakukan oleh pabrikan asal Italia tersebut terbilang sempurna dengan hadirnya motor yang ramah untuk semua.

Tak hanya Bagnaia, joki-joki lain dari tim satelit dan pelanggan mereka acap kali tampil kompetitif dalam sebuah balapan.

Sebagai tes rider atau pembalap penguji, Michelle Pirro turut memberikan pandangannya atas keberhasilan ini.

Bagi rider asal Italia itu, langkah Ducati menciptakan motor yang ramah untuk semuanya menjadi langkah yang tepat.

Pirro merasa akan menjadi hal yang berisiko jika timnya mengikuti jejak Honda dalam beberapa tahun terakhir.

“Kami, selama bertahun-tahun, lebih memilih untuk membuat motor yang cocok untuk sebanyak mungkin pembalap,” ucap Pirro.

“Jika Bagnaia absen, misalnya, kami memiliki Bastianini dan Bezzecchi yang bisa menang,” imbuhnya, dilansir dari Motosan.

Tim berlogo sayap tunggal itu menciptakan motor yang hanya bisa dikendarai dan dijinakkan oleh satu orang saja.

Adalah Marc Marquez sebagai satu-satunya pawang RC213V hingga dia mendapatkan cedera parah pada awal musim 2020.

Seiring dengan menepinya peraih delapan gelar juara dunia itu, prestasi Honda pun di kelas utama mulai merosot.

Situasi ini semakin diperparah dengan pengembangan motor RC213V yang tidak berjalan sempurna selama Marquez cedera.

Alhasil, Marquez pun memutuskan untuk hengkang dari Honda dan membela Gresini Racing pada musim ini dengan kontrak satu tahun.

Ducati sendiri sempat berada dalam situasi seperti itu ketika Casey Stoner mempersembahkan gelar juara dunia.

Hanya Kuri-kuri Boy yang bisa menjinakkan motor Desmosedici GP sebelum mereka memanen pengembangan yang telah lama dilakukan.

“Sangat berisiko memiliki sebuah motor dengan hanya satu pembalap yang bisa menang dengannya, tak peduli sebagus apa dia,” ucap Pirro.

“Lihatlah Honda dalam beberapa musim terakhirm Marquez menepi dan menjadi sebuah bencana.”

“Hanya dia yang bisa tampil kompetitif dengan motor ini, sama halnya dengan apa yang terjadi selama Casey Stoner di Ducati.”

“Ketika dia hengkang, kami ditinggali motor yang cuma dia yang bisa menjinakkannya,” imbuhnya.