RedaksiHarian – Insiden crash antara dua juara dunia itu memang cukup kontroversial karena berakibat hilangnya peluang untuk meraih hasil finis P5.
Bagnaia paling merugi karena dia tak cuma kehilangan poin di seri kedua tersebut, tetapi juga kehilangan kepemimpinan dalam memuncaki klasemen MotoGP 2024.
Sekarang, posisinya sedang tergusur Jorge Martin yang naik ke posisi nomor satu.
Murid Valentino Rossi itu juga tidak bisa melanjutkan balapan setelah kecelakaan terjadi.
Marc Marquez masih berusaha untuk bangkit dan kembali bergabung rombongan walau tetap tak bisa bawa poin karena finis di P16.
Setelah kejadian tersebut, kedua pembalap saling tuduh dan saling menyelahkan.
Sementara menurut sejumlah pakar, skuad Ducati sendiri hingga Stewards MotoGP, semuanya sepakat bahwa itu murni adalah insiden balapan.
Dua-duanya memang sama-sama ngotot mempertahankan jalur balapnya hingga tak sengaja saling bersenggolan dan terjatuh.
Tetapi dalam hal ini, Bagnaia yang paling tak bisa menyembunyikan kekecewaan besarnya. Maklum, dia adalah Double Winner di seri Portugal musim lalu dengan menjuarai sprint dan race.
Setelah gagal memenangi sprint lalu malah gagal finis di race, tentu kekecewaan mendalam sangat dirasakan pembalap asal Italia itu.
Ducati pun sampai memberikan waktu untuk Bagnaia agar mendamaikan hatinya setelah insiden tersebut, selama beberapa hari.
“Dan kalau sudah, kemudian barulah Anda bisa kembali berbicara. Kita harus membiarkannya dulu,” tandas Tardozzi.
Tardozzi dan kru Ducati sejatinya tidak memusingkan crash antar-penunggngan Desmosedici GP tersebut.
Pria asal Italia itu juga memaklumi insiden demikian dalam balapan tingkat tinggi selevel MotoGP. Bersyukur baik Bagnaia maupun Marquez tidak ada yang cedera serius akibat kecelakaan tersebut.
“Tidak diragukan lagi itu adalah insiden balapan,” ujar Tardozzi.
“Jelas bahwa dalam situasi seperti itu, lebih baik bersikap tenang. Tetapi, dua pembalap itu telah memberikan penjelasannya dari versi masing-masing dan saya rasa masalah itu bisa diselesaikan dengan berjabat tangan.”
“Ketika juara dunia 6 kali dan juara dunia 2 kali sedang berjuang, jelas bahwa keduanya tidak ada yang mau mengalah.”
“Memang itu adalah hal bagus untuk penonton tetapi mereka juga punya hal untuk diakhiri,” ucapnya.