Bagi Diaspora Indonesia yang tinggal dan menetap di Amerika, perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia mempunyai arti yang lebih dalam dibandingkan dengan mereka yang tinggal di Tanah Air. Selain mengenang kembali perjuangan dan jasa para pahlawan demi kemerdekaan, para diaspora juga mengungkapkan betapa rindunya mereka terhadap suasana Tanah Air setelah sekian lama merantau. Hampir semua di antara mereka menyatakan rindu yang luar biasa pada makanan Indonesia.
“Yang bikin kangen pada Indonesia tentu saja makanannya, kapanpun dalam sehari mau pagi, siang, malam, pasti ada dan kita gak usah susah susah cari, itulah Indonesia, semuanya selalu tersedia,” ujar Rina Simanungkalit, diaspora Indonesia yang tinggal di negara bagian Virginia.
Kepada VOA, ia mengaku sangat bangga menjadi orang Indonesia, yang kaya akan kebudayaan. Rina mengatakan ia biasanya tertarik dan selalu ingin membantu dan mempromosikan budaya Indonesia melalui berbagai cara.
“Ikut Bazar atau biasanya di 17-an, dalam upacara bendera saya ikut membantu mengajarkan anak-anak menyanyikan lagu-lagu daerah, dan tahun ini di aubade upacara bendera, anak-anak akan menyanyikan 15 lagu daerah. Saya juga ikut dalam organisasi kebudayaan, yang mengajak anak-anak untuk belajar banyak tentang budaya Indonesia,” tuturnya.
Haris Koentjoro sudah menetap 23 tahun di Amerika bersama keluarga. Ia juga mengaku rindu pada kuliner Indonesia. Ditemui VOA pada acara Colorful Indonesia, festival budaya yang ia turut organisir di kota Frederick, Maryland, menjelang 17 Agustus, Haris menyatakan, ada hal lain yang membuatnya rindu pada tanah air.
“Yang bikin kangen itu ya kumpul-kumpul seperti ini, festival seperti ini. Itu timbul kerinduan ya, bagaimana bisa mendengar alunan musik (Reog) Ponorogo, kebetulan saya dari Madiun. Dan tentunya makanan-makanan Indonesia juga. Itu sangat luar biasa, pengobat rindu. Apalagi sekarang, setelah pandemi, setelah lama kita gak bisa keluar, gak bisa berkumpul, sekarang kayaknya saatnya kita bisa berkumpul, bersama-sama menikmati makanan, ada event, juga ada hands-on, kesempatan bagaimana orang itu belajar membatik, kemudian membuat ikat, yang di-running oleh beberapa organisasi masyarakat Indonesia di DMV (DC, Maryland, Virgina),” paparnya.
Bagi diaspora Indonesia yang tinggal di kota Columbia, Maryland tersebut, ada kelebihan menarik yang membuatnya bangga menjadi orang Indonesia dan tak lupa pada akar budayanya.
“Nah, yang bikin bangga, sebagai orang Indonesia itu bahwa kita, minimal kalau di sini, kita bisa tiga bahasa, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan itu sangat luar biasa kalau saya bilang. Apalagi nanti kalau kita ngobrol dengan teman-teman, ada yang (menggunakan) bahasa yang lain, saya bisa empat bahasa dengan dua bahasa itu Jawa dan Sunda, karena saya sekolah di Bandung. Nah, ini yang akan kita perkenalkan bahwa di Indonesia banyak sekali bahasa, banyak sekali suku-suku bangsa, dan pulau, dan bagaimana kita merasa menjadi satu, gitu jadinya,” ungkap Haris.
Fega Mangindaan, yang sudah 24 tahun tinggal di Amerika, mengakui dirinya juga rindu akan makanan Indonesia, dan juga beberapa hal lain.
“Yang paling ngangenin makanan, jajanan dan tempat nongkrong, suasana malam akhir pekan pastinya. Lalu yang paling penting adalah hari raya bersama keluarga besar,” katanya.
Pengusaha Indonesia ini menunjukkan kerinduan pada Tanah Air dengan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang berbau Indonesia di Amerika. Ia mempromosikan makanan Indonesia melalui penjualan langsung, platform online, bahkan sempat membuat café yang menjajakan masakan Indonesia. Kini Fega terus aktif mempromosikan budaya Indonesia melalui barbagai cara.
“Kita sekarang membuka KEREIN e-Commerce (yang artinya KEmerdekaan REpublik INdonesia) dengan tujuan membantu UMKM ekspor, lalu membuat production house, KEREIN production, untuk meng-organize festival-festival Indonesia setahun kira-kira 6 kali. Dan pernah membuat perlombaan menyanyi Matuari Idol. Rencananya akan dibuat menjadi KEREIN Idol,” kata Fega.
Bagi Arya Winata yang belum lama ini kembali dari Tanah Air, hal-hal yang membuatnya kangen Indonesia menjelang perayaan kemerdekaan adalah…
“Momen-momen di mana gue berinteraksi dengan nenek di Sragen dan Toraja, dan teman-teman semasa SMP dan kuliah dulu. Dari situ gue bisa ingat makanan bahkan bau khas seperti bau pasar subuh di Sragen, kue khas Toraja, bau cat lukis di IKJ, dan bau seragam asem saat main skateboard pas jam istirahat sekolah,” katanya.
Fotografer yang kini menetap di negara bagian Maryland bersama keluarga ini memiliki cara unik untuk menunjukkan rasa cinta dan rindunya pada tanah air. Ia menuangkannya dalam foto-foto.
“Saat ada kesempatan, gue juga suka bantu dokumentasi dalam bentuk foto untuk komunitas diaspora di U.S., Dan jika ada kesempatan (di masa mendatang) gue juga pengen banget bikin project foto mengenai Indonesia,” kata Arya. [aa/ka]
** Nia Iman Santoso dan Supri Yono turut berkontribusi pada peliputan untuk artikel ini.
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.