redaksiharian.com – Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Provinsi Jawa Timur mengharapkan penyelenggaraan Indonesia Conference and Competition Occupational Safety and Health (ICC-OSH)mampu melahirkan sejumlah inovasiuntuk menjawab sejumlah tantangan saat ini.
Wakil Ketua Dewan K3 Provinsi Jawa Timur Edi Priyanto di Kota Malang, Jawa Timur, Rabu mengatakan bahwa saat iniK3 dituntut untuk mampu menghadapi sejumlah tantangan seperti perubahan iklim dan globalisasi digitalisasi.
“Perlu adainovasi untuk menjawab tantangan itu. Dalam pertemuan ini, ada kompetisi yang diharapkan mampu melahirkan inovasi,” kata Edi.
Edi menjelaskan, sejumlah tantangan yang tengah dihadapi saat ini salah satunya adalah terkait dengan perubahan iklim yang menyebabkan cuaca semakin panas. Perubahan iklim memberikan dampak terhadap para pekerja, seperti stress berlebih dan ada masalah mental yang dihadapi.
Menurutnya, dalam menghadapi perubahan iklim yang terjadi saat ini, sektor industri memiliki peran cukup besar, utamanya dalam menerapkan inovasi baru untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, termasuk menekan emisi gas buang.
“Industri memiliki peran cukup besar di situ. Ada buangan karbon, penggunaan bahan bakar fosil dan lainnya. Bagaimana caranya industri bisa mengurangi, oleh karena itu perlu ada inovasi,” katanya.
Ia menambahkan, kompetisi pada ajang ICC-OSH tersebut diharapkan juga melahirkan ide-ide yang baik, khususnya dalam upaya menjawab tantangan perubahan iklim.
“Di sini ada kompetisi inovasi, supaya ada ide-ide dan inovasi yang mungkin dilakukan bisa dijadikan percontohan, karena, intinya adalah dengan inovasi itu, perubahan iklim ini bisa dicegah agar tidak semakin berbahaya,” katanya.
Terkait tantangan lainnya, lanjut Edi, digitalisasi yang mengedepankan inovasi teknologi diharapkan juga mampu memberikan kontribusi terhadap program-program K3, utamanya pada upaya pencegahan dan memberikan identifikasi lebih awal.
Dengan dentifikasi awal, diharapkan mampu mengurangi risiko kecelakaan kerja yang terjadi. Selain itu, dengan identifikasi awal, juga mampu menanggulangi dan menangani secara cepat saat terjadi kecelakaan kerja.
“Risiko bisa dikurangi dan melakukan identifikasi lebih awal, sehingga kejadian yang lebih parah bisa dicegah. Ada kejadian yang bisa dicegah, tapi tetap ada yang tetap terjadi. Itu yang harus ditangani dan ditanggulangi dengan pemanfaatan teknologi,” katanya.
Namun, pada akhirnya, Edi memastikan bahwa untuk menjawab sejumlah tantangan perubahan iklim dan digitalisasi tersebut, juga diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang mampu beradaptasi dengan budaya kerja yang aman.
“Dengan perubahan dan perkembangan teknologi, jika manusianya tidak bisa beradaptasi akan percuma. Keselamatan itu ujungnya adalah budaya keselamatan itu sendiri,” katanya.
Sementara itu, Ketua Panitia ICC-OSH 2023, T Saut P Siahaanmenambahkan pelaksanaan kompetisi pada pertemuan tersebutbertujuan untuk melahirkan inovasi baru terkait pola K3 pada perusahaan.
Hal tersebut bertujuan untuk mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Inovasi yang muncul dalam pertemuan tersebutdiharapkan mampu menjawab sejumlah tantangan yang terjadi saat ini, seperti perubahan iklim dan digitalisasi.
“Dengan kompetisimuncul inovasi baru tentang pola K3 di perusahaan dalam rangka mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja,” kata Saut, yang juga merupakan anggota Dewan K3 Nasional.
Pertemuan ICC-OSH ketiga tersebut digelar di Kota Malangpada 23-26 Mei 2023. Pertemuan itu mengusung tema Penerapan Budaya K3 pada setiap kegiatan usaha guna mendukung perlindungan tenaga kerja di era digitalisasi dan perubahan iklim.