redaksiharian.com – Pencinta durian wajib menyempatkan diri untuk mampir ke Desa Wisata Durensari Sawahan jika sedang berada di Trenggalek, Jawa Timur.
Sebab, desa yang masuk ke dalam 75 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023 ini memiliki hutan durian terbesar se-Asia Tenggara yang luasnya mencapai 650 hektar.
Salah satu pengunjung yang berasal dari Kediri, Angga Prasetya (37), misalnya, menjajal wisata jelajah hutan durian yang tersedia di sana.
Menurutnya, di sepanjang perjalanan, pengunjung bisa menikmati suasana hutan yang masih alami dan banyak pohon durian.
“Banyak pohon durian, juga petani durian yang ramah-ramah,” ucap Angga
Di sela perjalanan, pengunjung bisa menikmati langsng durian yang jatuh dari pohon. Dan jenis durian yang tersedia di kawasan tersbeut banyak jenisnya, dan tentunya rasanya sangat nikmat.
“Rasanya nikmat, ada yang manis pahit, serta dagingnya tebal. Meski buahnya tidak terlalu besar, daging buahnya tebal. Satu kurang, dua buah kekenyangan,” ujar Angga.
Pengalaman jelajah hutan durian tersebut hanya bisa dinikmati ketika musim panen Durian. Namun, ketika sedang tidak musim durian, pengunjung masih bisa menikmati perjalanan yang disajikan di desa tersebut.
Adapun Desa Wisata Durensari banyak memanfaatkan situasi alam dan kearifan lokal. Aliran sungai yang dulunya kotor penuh sampah, disulap menjadi wahana wisata yang menarik oleh para pegiat desa.
Karena tidak terlalu dalam dan mengalir di antara bebatuan, aliran sungai tersebut aman digunakan untuk bermain atau mandi oleh anak-anak.
“Airnya jernih, tidak ada sampah serta bebatuannya bisa buat duduk sambil menunggu anak-anak,” ucap Angga.
Kearifan lokal yang menjadi contoh
Desa Wisata Durensari berjarak sekitar 38 kilometer dari pusat Kota Trenggalek atau lebih-kurang satu jam perjalanan menggunakan kendaraan.
Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) melakukan kunjungan ke Desa Wisata Durensari, yang berada di Desa Sawahan Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek Jawa Timur, Rabu.
Kearifan lokal yang khas menjadi nilai utama yang dianggap sebagai keunggulan Desa Wisata Durensari, yang berdampak positif terhadap ekonomi, sosial, dan budaya, dengan tetap mempertahankan kelestarian aspek lingkungan.
“Kali (sungai) ini awal mulanya kotor, namun dengan langsung berbuat dengan kearifan lokal bisa bersih seperti ini,” ucap Direktur Tata Kelola Destinasi dan Pariwisata Berkelanjutan Kemenparekraf Indra Ni Tua di Desa Wisata Durensari.
“Patut dicontoh budaya bersihnya. Kalau sungai yang ada di Pulau Jawa dibuat seperti ini, tidak akan ada sampah di berbagai pantai indah di Indonesia dan itu dimulai dari budaya,” sambungnya.
Menurutnya, konsep tersebut merupakan pemberdayaan tertinggi di tingkat masyarakat. Sehingga masyarakat dapat merasakan dampak perekonomian dari pelestarian lingkungan di sekitar tempat tinggal mereka.
“Bagaimana masyarakat berbuat sesuatu di alamnya di lingkungannya, sehingga lingkungan terjaga memberikan manfaat berkelanjutan. Ini community-based tourism dan Durensari telah mempraktikkan, maka layak disebut berkelas dunia,” kata Indra.