redaksiharian.com – Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat Andi Arief menganggap kans Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono ( AHY ) lebih besar untuk menjadi calon wakil presiden (cawapres) Anies Baswedan .
Meskipun demikian, hasil survei Litbang Kompas pada Mei 2023 menunjukkan bahwa elektabilitas cawapres untuk Anies paling besar diraih oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno dengan angka 13,8 persen.
Sementara itu, AHY berada di urutan ketiga dengan raihan elektoral 10,8 persen untuk mendampingi Anies.
“Tidak berarti Sandiaga Uno lebih besar kansnya (berpasangan dengan Anies),” ujar Andi pada Kompas.com, Rabu (24/5/2023).
Alasannya, AHY masih dipertimbangkan oleh responden untuk berpasangan dengan tiga figur capres terkuat, baik Anies, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, maupun Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Di sisi lain, Andi menyatakan, AHY juga mempunyai modal yang kuat karena menjabat sebagai ketua umum partai politik (parpol).
“Apalagi Mas AHY punya modal dasar elektabilitas dan memiliki partai, saya kira justru yang paling berpeluang adalah AHY untuk (berpasangan) dengan Pak Anies,” ucap dia.
Ia menekankan, Partai Demokrat tetap berpegang pada data ilmiah dalam menentukan pasangan capres-cawapres.
Andi mengeklaim, dalam berbagai survei selama ini, Anies memiliki peluang menang lebih tinggi jika berpasangan dengan AHY.
“Anies-AHY berpasangan itu kans menangnya ada. Belum tentu menang, tapi kans menangnya ada. Bahkan melebihi pasangan Anies dengan siapa pun, Anies dengan Khofifah, apalagi dengan Sandi,” imbuh dia.
Berdasarkan survei Litbang Kompas pada Mei 2023, elektabilitas cawapres tertinggi ditempati oleh Sandiaga Uno dengan raihan 11,9 persen.
Posisi kedua diisi oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang memperoleh elektabilitas 9,3 persen, disusul Ganjar Pranowo yang memperoleh angka 5,2 persen.
Posisi keempat, kelima, dan keenam dihuni Anies Baswedan dengan 4,8 persen, Erick Thohir 4,5 persen, serta AHY dengan 4,1 persen.
Survei yang menyasar 1.200 responden di 38 provinsi ini memiliki tingkat kepercayaan 95 persen, dengan margin of error lebih kurang 2,83 persen.