redaksiharian.com – Amnesty International mengatakan, sedikitnya 23 anak-anak menjadi korban tewas dalam demo Iran yang ditanggapi dengan kekerasan oleh pihak berwenang.

Anak-anak tersebut merupakan bagian dari 201 korban tewas dalam demo yang dipicu kematian Mahsa Amini setelah ditangkap polisi moral karena dianggap tidak memakai jilbab dengan benar.

“Pasukan keamanan Iran yang melakukan pembunuhan ilegal terhadap sedikitnya 23 anak-anak menjelaskan lebih lanjut tindakan mematikan dari otoritas untuk menghancurkan demo yang meluas,” kata Amnesty International dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan pada Jumat (14/10/2022).

Amnesty International menambahkan, menurut banyak rakyat Iran, demo di sana berkembang menjadi pemberontakan yang lebih luas terhadap pemerintah.

Dalam pernyataannya, Amnesty International merilis nama 23 anak-anak korban tewas selama demo di Iran beserta penyebabnya.

Kebanyakan dari mereka ditembak mati oleh pasukan keamanan Iran. Empat dari mereka dipukuli secara mematikan.

Dari 23 anak-anak tersebut, 10 di antaranya merupakan etnis minoritas Baluch, sebagaimana dilansir .

Ke-10 anak tersebut ditembak mati pasukan keamanan Iran pada 30 September, hari paling mematikan selama demo Iran , di Zahedan, Provinsi Sistan-Baluchistan.

Amnesty International memaparkan, pembunuhan terhadap anak-anak tersebut merupakan upaya untuk menghancurkan semangat perlawanan dari anak-anak muda pemberani Iran.

Direktur Regional Timur Tengah dan Afrika Utara Amnesty International Heba Morayef berujar, anggota Dewan HAM PBB harus menggelar sesi khusus dan mengadopsi resolusi untuk membentuk investigasi internasional yang independen terhadap Iran.

Pada Senin (10/10/2022), UNICEF menyatakan sangat prihatin atas sejumlah laporan yang menyebutkan anak-anak menjadi korban tewas di Iran.