redaksiharian.comJakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah melanjutkan koreksinya di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pada pertengahan perdagangan Selasa (13/12/2022) sejak awal pekan ini. Meski indeks dolar AS melemah di pasar spot.

Mengacu pada data Refinitiv, pada pembukaan perdagangan rupiah terkoreksi 0,16% ke Rp 15.650/US$. Kemudian, rupiah terkoreksi lebih dalam menjadi 0,29% ke Rp 15.670/US$ pada pukul 11:00 WIB.

Pemerintah Indonesia dan DPR sepakat untuk menata ulang aturan lalu lintas devisa, termasuk pengelolaan Devisa Hasil Ekspor (DHE) di dalam negeri. Di dalam Rancangan Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (RUU PPSK), pengelolaan lalu lintas devisa dan cadangan devisa harus di bawah kewenangan Bank Indonesia (BI).

Kewenangan BI juga termasuk mengatur, mengawasi, dan mengembangkan pasar uang dan pasar valuta asing di tanah air.

Hal tersebut dipicu oleh neraca perdagangan Indonesia yang mengalami surplus hingga 30 bulan beruntun. Bahkan, total surplus tahun ini saja, hampir mencapai US$ 50 miliar. Sayangnya, tidak semua devisa hasil ekspor (DHE) tersebut masuk ke dalam negeri. Padahal, jika DHE dalam bentuk dolar AS tersebut masuk ke dalam sistem keuangan Indonesia, nilai tukar rupiah seharusnya tetap kuat saat ini.

Namun, peraturan tersebut tampaknya masih belum berimbas signifikan terhadap nilai tukar Mata Uang Garuda. Sebab, hingga saat ini, rupiah masih melemah.

Sementara itu, investor global masih menantikan rilis data inflasi AS per November 2022 yang dijadwalkan akan dirilis pada malam hari ini waktu Indonesia.

Konsensus pasar dalam polling Trading Economics memperkirakan IHK akan kembali melandai sedikit menjadi 7,3% (yoy) dan turun menjadi 0,3% (mtm). Sedangkan IHK inti juga akan melandai menjadi 6,1% (yoy).

Jika benar, angka inflasi melandai tentu peluang bank sentral AS untuk melambatkan kenaikan suku bunga acuannya pada bulan ini semakin tinggi. Ketika Fed mulai melambatkan laju kenaikannya, harapannya dapat meminimalisir tekanan terhadap emerging market, termasuk Tanah Air. Sehingga, rupiah pun dapat menguat.

Padahal, pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS bergerak melemah 0,08% ke posisi 105,05. Namun, belum dapat membuat rupiah menguat di pasar spot.

Kendati begitu, mayoritas mata uang di Asia juga melemah. Ringgit Malaysia dan rupiah menjadi mata uang terkoreksi paling tajam sebesar 0,34% dan 0,29% di hadapan dolar AS.

Sedangkan, dolar Hong Kong dan baht Thailand sukses menguat tipis yang masing-masing sebesar 0,2% dan 0,04%.

TIM RISET CNBC INDONESIA