RedaksiHarian – Pria yang akrab disapa Gigi Dall’Igna itu menjalani momen terbaiknya bersama Ducati.
Merek Italia itu telah merebut gelar MotoGP bersama Francesco Bagnaia dan itu dianggap sebagai motor terbaik di grid.
Semua pembalapnya naik podium musim ini dan bahkan perebutan gelar dimainkan dalam tiga cara di dalam rumah Borgo Panigale.
Dalam wawancara yang diberikan kepada media GP Racing, Dall’Igna telah berbicara tentang perubahan yang dihadapi merek tersebut dan pekerjaan yang dilakukan tahun ini.
Terlepas dari semua keberhasilan yang diraih, sang insinyur masih haus akan lebih banyak lagi hal yang didapat.
“Saya telah memenangkan lebih dari lima puluh gelar dalam karier saya, sebagian besar bersama Aprilia, dan saya tidak ingin berhenti di situ. Saya benci finis kedua,” kata Dall’Igna dilansir dari MotoSan.
Musim depan, Ducati akan menghadirkan Marc Marquez di antara jajarannya yang bagi banyak orang merupakan jaminan kesuksesan.
“Marquez adalah salah satu pembalap terbaik dalam sejarah. Saya tidak akan mengatakan bahwa keputusannya lebih memuaskan daripada gelar juara dunia seperti yang ditulis beberapa orang, tetapi itu memuaskan,” ucap Dall’Igna.
Namun, ada juga yang berpendapat bahwa kedatangan Marquez di Gresini dapat menimbulkan ketegangan di dalam pabrikan Italia.
Bagi Dall’Igna, akan menjadi tantangan untuk ‘mengelola’ yang dari Cervera.
“Kami tahu apa yang diwakili Márquez, kami tahu artinya. Terserah kepada kami untuk bisa menangani situasi ini dengan baik seperti yang kita lakukan di masa lalu.”
“Kami tahu apa yang diwakili Marc Marquez.”
Meskipun Marquez yang akan pindah ke Ducati tahun depan, ada juga kemungkinan bahwa Gigi Dall’Igna yang menandatangani kontrak dengan Honda.
“Ada kontak, itu benar,” aku orang Italia itu.
“Tetapi sejujurnya, membawa Ducati ke posisi kita saat ini tidaklah mudah dan tidak masuk akal bagi saya untuk pergi pada saat kami sedang melalui periode yang luar biasa.”
“Saya bekerja dengan orang-orang hebat, di lingkungan yang hebat, dan saya memiliki pembalap terbaik. Mengapa pergi ke tempat lain?”
Dall’Igna juga menanggapi mereka yang mengkritisi fakta ada delapan motor di grid MotoGP.
Dall’Igna mengenang bahwa beberapa tahun lalu, mereka juga memiliki delapan sepeda motor dan tidak ada yang mengeluh.
Baginya, mereka yang mengkritik saat ini adalah mereka yang di masa lalu, memiliki peralatan satelit yang mereka anggap hanya sebagai sumber pendapatan.
“Saya telah melakukan berbagai hal secara berbeda, mengintegrasikan tim satelit ke dalam sistem kerja kami, menjadikan mereka mitra sejati,” katanya.
Meski begitu, dia berdalih bahwa kesuksesan pembalap Borgo Panigale itu tak hanya terletak pada jumlah motor yang mereka miliki di lintasan.
Bagi Dall’Igna, di Ducati mereka bekerja “lebih baik dari yang lain.
“Para pengkritik kami sebaiknya mengurangi bicara dan mulai bekerja,” ujar Dall’Igna.
Soal format baru MotoGP yang memiliki balapan sprint, Dall’Igna kurang begitu mendukung.
“Tontonannya memang ada, tetapi jumlah kecelakaan meningkat terlalu banyak. Kami memiliki terlalu banyak pembalap yang terluka,” ucap Dall’Igna.
“Dengan kejuaraan 22 Grand Prix, rasanya tidak masuk akal bagi saya. Kalau kami hanya punya 18 atau 20 Grand Prix kenapa tidak, tetapi menurut saya terlalu banyak,” tuturnya.