Konsumen awam mungkin mengira daging ikan salmon produksi Wildtype berasal dari alam liar atau hasil budi daya. Padahal, daging ini berasal dari beberapa sel salmon dan dikembangkan di sebuah lab di kantor pusat Wildtype di California Utara.

Salah seorang pendiri Wildtype, Justin Kolbeck, mengatakan, “Kami menemukan cara untuk membuat sel-sel salmon, dan kami mengombinasikannya dengan basis tanaman. Ini disebut scaffold, yang membantu memberi sel-sel ini struktur yang tepat untuk potongan-potongan tertentu yang sudah Anda kenal.”

Targetnya adalah menambah pasokan ikan salmon yang berkurang pesat, di tengah meningkatnya permintaan. Kolbeck menambahkan, “Jadi gagasan kami adalah memberi mereka opsi lainnya yang tidak menambah tekanan terhadap ikan liar atau terus mengandalkan pembudidayaan ikan.”

Sementara itu uji rasa sedang berlangsung untuk potongan-potongan kecil ayam yang dikembangkan dari sel-sel ayam, di laboratorium Upside Foods. Potongan itu ternyata terlihat dan terasa seperti daging ayam sungguhan.

Amy Chen, COO Upside Foods, mengatakan kepada VOA melalui Skype, “Ini daging sungguhan, yang dikembangkan langsung dari sel-sel hewan, jadi kita tidak perlu memelihara atau menyembelih hewan. Tetapi kita masih dapat merasakan daging yang kita semua sukai.”

Lonjakan populasi, meningkatnya permintaan daging dan makanan laut juga berdampak bagi lingkungan.

Amy Chen mengatakan,“Keseluruhan gas rumah kaca berdampak pada lahan, konsumsi air, belum lagi miliaran hewan yang disembelih setiap tahun untuk kita konsumsi. Jadi kami gembira karena daging yang dikembangkan ini menawarkan alternatif daging yang lebih baik tanpa ada dampaknya.”

Selain makanan yang dikembangkan di laboratorium, beberapa perusahaan juga menciptakan alternatif berbasis tumbuhan untuk makanan tradisional seperti telur dan daging babi asap (bacon).

Eben Bayer, CEO dan salah seorang pendiri MyForest Foods, mengatakan kepada VOA melalui Skype, “MyBacon adalah pengganti bacon yang lezat, yang meniru tekstur, rasa dan kerenyahan yang kita dapatkan dari bacon, tetapi ini menggunakan 100 persen miselium jamur murni untuk itu.”

Ricardo San Martin, yang mengelola Alternative Meats Lab di UC Berkeley mengatakan, membawa produk-produk berbasis sel ke pasar massal mungkin tidak realistis dalam waktu dekat. Kepada VOA, Martin menjelaskan, “Meningkatkan sel-sel saja untuk menghasilkan daging, itu belum layak. Kita perlu ketahui seberapa murahnya ini. Akankah ini menjadi solusi bagi semua orang atau hanya bagi kaum elite?.”

Perusahaan daging alternatif mengakui bahwa konsep mereka terus diproses untuk mencapai kemajuan. Kemajuannya memang lambat, tetapi kelak ini dapat mengubah bagaimana cara populasi dunia bersantap. [uh/ab]


Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.