Menteri Luar Negeri China Wang Yi, Senin (11/7), memberi peringatan kepada negara-negara Asia untuk menghindari digunakan sebagai “bidak catur” oleh kekuatan-kekuatan besar di kawasan. Wang mengatakan kekuatan-kekuatan tersebut berisiko dibentuk kembali oleh faktor geopolitik.
Berbicara kepada sekretariat Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di Jakarta, Wang, yang berbicara melalui penerjemah, mengatakan banyak negara di kawasan itu berada di bawah tekanan untuk berpihak.
“Kita harus melindungi wilayah ini dari perhitungan geopolitik … dari digunakan sebagai bidak catur dari persaingan kekuatan besar dan dari paksaan,” katanya. Ia menambahkan, “Masa depan wilayah kita harus ada di tangan kita sendiri.”
Asia Tenggara telah lama menjadi area gesekan geopolitik antara kekuatan-kekuatan besar karena kepentingan strategisnya, dengan negara-negara di kawasan itu sekarang waspada terjebak di tengah persaingan AS-China.
China mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan sebagai wilayahnya berdasarkan apa yang dikatakannya sebagai peta sejarah, membuatnya bertentangan dengan beberapa negara ASEAN yang mengatakan klaim tersebut tidak sesuai dengan hukum internasional. Klaim tersebut memicu ketegangan di kawasan.
Pidato Wang datang hanya beberapa hari setelah dia menghadiri pertemuan para menteri luar negeri G20 di Bali dan di tengah diplomasi China yang intens yang membuatnya berhenti di seluruh wilayah dalam beberapa pekan terakhir.
Di sela-sela G20, Wang mengadakan pertemuan lima jam dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dengan keduanya menggambarkan pembicaraan langsung pertama mereka sejak Oktober sebagai “terbuka.”
Wang mengatakan pada Senin (11/7) bahwa dia telah memberi tahu Blinken kedua belah pihak harus membahas penetapan aturan untuk interaksi positif dan untuk bersama-sama menegakkan regionalisme di Asia-Pasifik.
“Elemen intinya adalah untuk mendukung sentralitas ASEAN, menjunjung tinggi kerangka kerja korporasi regional yang ada, menghormati hak dan kepentingan sah satu sama lain di Asia-Pasifik daripada bertujuan untuk memusuhi atau menahan pihak lain,” kata Wang.
Menanggapi pertanyaan tentang Taiwan setelah pidatonya, Wang mengatakan Washington “dengan mendistorsi dan melubangi kebijakan Satu China, sedang mencoba memainkan kartu Taiwan untuk mengganggu dan menahan perkembangan China.”
Ketegangan antara Beijing dan Taipei telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir karena militer China melakukan misi udara berulang-ulang di atas Selat Taiwan, jalur air yang memisahkan pulau itu dari China.
China menganggap Taiwan sebagai wilayah “suci” dan tidak pernah meninggalkan penggunaan kekuatan untuk memastikan penyatuan pada akhirnya.
Washington mengatakan pihaknya tetap berkomitmen pada kebijakan Satu China dan tidak mendorong kemerdekaan bagi Taiwan, tetapi AS diharuskan memberi Taiwan sarana untuk mempertahankan diri di bawah Undang-Undang Hubungan Taiwan AS.
“Kedua belah pihak di seberang Selat (Taiwan) akan menikmati pembangunan yang damai. Namun, ketika prinsip satu-China secara sewenang-wenang ditentang atau bahkan disabotase, akan ada awan gelap atau bahkan badai ganas melintasi selat itu,” kata Wang. [ah/rs]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.