Menteri Luar Negeri China Wang Yi menekankan upaya negaranya untuk memperkuat hubungan dengan Asia Tenggara pada pertemuan Kamis (4/8) dengan menteri luar negeri negara-negara di kawasan itu.

Pembicaraan Wang dengan para menteri luar negeri Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) diadakan di tengah ketegangan tinggi di kawasan itu, menyusul kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan, yang membuat marah Beijing.

Kelompok tersebut mengeluarkan pernyataan kuat sehari sebelumnya, yang mendesak AS dan China agar menahan diri semaksimal mungkin dan tidak mengambil tindakan provokatif.

China mengklaim Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri sebagai wilayahnya dan menentang keterlibatan pejabat Taiwan dengan pemerintah asing dalam hal apapun.

Dalam sambutan pembukaannya, Wang tidak menyebutkan persoalan itu, melainkan menekankan bagaimana China dan negara-negara ASEAN telah memperkuat kerja sama dalam beberapa tahun terakhir.

“Kita telah berhasil mempertahankan oasis perdamaian dalam menghadapi turbulensi di tengah situasi keamanan internasional,” katanya.

ASEAN terdiri dari Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.

China telah menjadi salah satu pemberi pinjaman terbesar ke negara-negara berkembang melalui Prakarsa Sabuk dan Jalan untuk memperluas perdagangan dengan membangun infrastruktur pelabuhan, kereta api dan lainnya di Asia, Afrika dan Timur Tengah hingga Eropa.

Petugas keamanan berjalan di luar hotel tempat Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN ke-55 (AMM ke-55) berlangsung di Phnom Penh, Kamboja, Selasa, 2 Agustus 2022. (Foto: AP)

Petugas keamanan berjalan di luar hotel tempat Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN ke-55 (AMM ke-55) berlangsung di Phnom Penh, Kamboja, Selasa, 2 Agustus 2022. (Foto: AP)

Usaha China ini memunculkan tuduhan bahwa Beijing memanfaatkan utang untuk mendapatkan pengaruh politik, tetapi para pejabat China menyangkal hal itu.

Dalam pertemuan Phnom Penh, Wang berjanji bahwa China akan terus “berusaha untuk mempromosikan pembangunan berkualitas tinggi, membangun pola pembangunan baru, memberikan momentum yang lebih besar untuk pemulihan dan pembangunan ekonomi regional dan dunia, serta memberikan lebih banyak peluang pembangunan bagi negara-negara ASEAN. ”

Hun Sen, perdana menteri Kamboja, yang menjadi tuan rumah pertemuan ASEAN tahun ini dan salah satu negara yang paling pro-China, melangsungkan pertemuan khusus dengan Wang pada hari Rabu.

Selama pertemuan dengan Hun Sen, Wang menegaskan kembali bahwa “China bersedia bekerja sama dengan Kamboja untuk menjaga kedaulatan, keamanan dan kepentingan pembangunan masing-masing,” kata kantor berita pemerintah China, Xinhua.

Laporan itu tidak mengungkap rincian lebih lanjut, tetapi China dan Kamboja pada bulan Juni memulai proyek perluasan pelabuhan angkatan laut, yang membuat AS dan sejumlah negara lain khawatir bahwa itu dapat memberi Beijing pos militer penting yang strategis di Teluk Thailand.

Hun Sen pada 2019 dilaporkan memberi China hak untuk mendirikan pangkalan militer di Pangkalan Angkatan Laut Ream, tetapi membantahnya dengan mengatakan bahwa Konstitusi Kamboja melarang keberadaan fasilitas militer asing. [ab/uh]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.