redaksiharian.com – NESABAMEDIA.COM – Kritikan tajam sejumlah karyawan Facebook terkait kebijakan perusahaan yang tidak memberikan respon terhadap postingan Donald Trump, rupanya berbuntut panjang.

Sejumlah karyawan Facebook menilai Mark Zuckerberg dan jajaran direksi lainnya pengecut karena membiarkan postingan Trump, dan mereka pun menggelar protes dengan melakukan walk out. Akhirnya pada Jumat (12/06) kemarin, Facebook pecat karyawan yang protes tersebut.

Kabar ini datang dari salah satu karyawan Facebook yang dipecat itu. Adalah Brandon Dail, seorang teknisi user interface yang selama ini berkantor di Seattle, Washington. Dia disebut memprovokasi rekan-rekannya untuk melakukan protes kepada Mark Zuckerberg, melalui sosial media Twitter.

Dail adalah salah satu dari sekian karyawan Facebook yang tegas mengkritik bosnya itu. Jika melihat dari data personalnya di LinkedIn, Dail ternyata sudah bekerja bersama Mark sejak lebih dari dua tahun yang lalu. Dia juga mengunggah apa yang sedang dia alami melalui akun Twitternya.

Dalam hal transparansi, saya meminta rekan-rekan saya untuk menyuarakan aspirasi mereka lewat Twitter. Saya tetap pada pendirian saya. Mereka tidak memberikan saya kesempatan untuk resign

Dia juga menjelaskan bagaimana dirinya mengajak rekan-rekan untuk protes. Dail meminta salah satu rekannya untuk menempatkan sebuah banner bertuliskan tagar #BlackLivesMatter ke sejumlah aplikasi milik Facebook. Dail meminta rekannya tersebut untuk berkomunikasi secara pribadi terkait masalah itu.

Meski demikian Dail menegaskan jika dirinya tidak dipecat secara tidak adil karena hal ini. Dia mengaku benar-benar sudah muak dengan kebijakan Facebook dan mereka yang diam saja melihat kejadian seperti ini.

Sementara itu salah seorang juru bicara yang mewakili Facebook tidak menampik pemberitaan mengenai pemecatan sejumlah karyawan itu. Pihaknya memang memutuskan untuk memecat Brandon Dail karena melakukan provokasi terhadap karyawan Facebook lainnya.

Sebelumnya Twitter menghapus cuitan Presiden Donald Trump yang dianggap mengglorifikasi tindakan kekerasan. Cuitan itu menyebut para perusuh atau demonstran yang melakukan penjarahan, bakal ditembak mati. Namun apa yang dilakukan Twitter dan beberapa jejaring sosial media lainnya, tidak dilakukan oleh Facebook. Hal inilah yang membuat sejumlah karyawan akhirnya melakukan aksi protes. [br/tn]

EDITOR: MUCHAMMAD ZAKARIA

    Pernah menjadi jurnalis dan juga Social Media Manager di Merdeka.com selama lebih dari 2 tahun, sebelum akhirnya mengerjakan sejumlah proyek website yang dioptimasi dan dimonetisasi Google Adsense.

    Kini sedang aktif dalam pembuatan konten Youtube dokumenter bertema sosial serta menjadi penulis konten untuk sejumlah website.