redaksiharian.com – Perum Bulog Cabang Banyumas optimistis tetap bisa melakukan penyerapan atau pengadaan pangan pada musim kemarau karena masih ada petani di wilayah eks Keresidenan Banyumas, Jawa Tengah, yang panen padi dalam beberapa bulan ke depan.

“Berdasarkan analisis kami khususnya di wilayah Banyumas Raya (eks Keresidenan Banyumas, red.), dampak El Nino pada musim kemarau tahun ini tidak terlalu berpengaruh terhadap tanaman padi,” kata Pimpinan Cabang Bulog Banyumas Rasiwan di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu.

Menurut dia, hal itu disebabkan dari sisi pengairan khususnya lahan-lahan sawah yang menggunakan irigasi teknis hingga saat ini terpantau masih mencukupi kebutuhan, sehingga petani masih bisa menanam padi.

Kalaupun ada pengeringan saluran irigasi dalam rangka perawatan, kata dia, biasanya dilakukan menjelang puncak musim kemarau dan saat itu tanaman padi sudah mendekati masa panen sehingga kebutuhan airnya tidak banyak.

“Tetapi kalau persawahan yang tadah hujan, mungkin tidak bisa. Jadi, saya optimistis di wilayah kami panen masih ada, masih bisa melakukan penyerapan untuk musim tanam kedua, khususnya pada bulan Agustus-September,” tegasnya.

Ia mengakui masa panen di sebagian besar wilayah eks Keresidenan Banyumas sudah selesai dan telah berlanjut dengan pertanaman musim tanam kedua.

Akan tetapi di beberapa wilayah yang ketersediaan airnya tercukupi, kata dia, hingga saat ini masih ada petani panen seperti di daerah “sabuk” Gunung Slamet yang masuk wilayah Kabupaten Banyumas.

Bahkan di beberapa wilayah Kabupaten Purbalingga dan Banjarnegara, lanjut dia, saat ini masih ada beberapa spot panen karena jadwal tanamnya berbeda dengan petani di daerah lainnya terutama Banyumas dan Cilacap.

“Kalau di Kabupaten Cilacap, terutama wilayah timur seperti Kecamatan Maos, Binangun, dan sekitarnya sudah hampir panen. Sementara di wilayah barat Cilacap, yang masih panen ada di Kecamatan Kawunganten,” katanya.

Menurut dia, hasil panen padi di Kecamatan Kawunganten saat musim kemarau justru tergolong bagus karena airnya tidak terlalu banyak namun ketika musim hujan malah kebanyakan air dan sering kebanjiran.

Oleh karena itu, dia optimistis target pengadaan pangan tahun 2023 yang ditetapkan untuk Bulog Cabang Banyumas sebesar 31.000 ton dapat tercapai.

“Hingga saat ini, penyerapan yang kami lakukan sudah mencapai kisaran 18.000 ton setara beras,” jelasnya.

Disinggung mengenai gejolak kenaikan harga telur di pasaran, Rasiwan mengatakan pada tahun 2022, pihaknya mendapatkan penugasan untuk membantu penyediaan pakan khususnya jagung bagi peternak ayam petelur melalui Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia sebanyak 300 ton dengan harga yang lebih murah dari pasar.

Akan tetapi untuk tahun 2023, kata dia, pihaknya mendapat informasi jika Perum Bulog belum mendapatkan penugasan untuk membantu peternak ayam petelur.

“Kemarin saya sudah cek ke pusat (Kantor Pusat Perum Bulog, red.), informasinya belum ada penugasan dari Badan Pangan Nasional,” tegasnya.

Dengan kondisi harga jagung di pasaran yang sudah mahal dan mencapai kisaran Rp6.000 per kilogram, kata dia, mudah-mudahan sudah bisa terbaca oleh Badan Pangan Nasional dan segera ada penugasan kembali kepada Bulog untuk membantu permasalahan peternak agar biaya produksinya tidak terlalu mahal, sehingga gejolak kenaikan harga telur bisa ditekan.

“Harusnya harga jagung untuk peternak hanya Rp4.500/kg. Kalau sudah mencapai Rp6.000/kg ya mahal, sehingga berpengaruh terhadap harga telur,” katanya.