redaksiharian.com – Anggota Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Suaka Margasatwa, Yusuf Muhammad mengemukakan bahwa beberapa bagian tanaman bakau seperti buah dan akar dapat dijadikan produk bernilai jual tinggi oleh anggota Karang Taruna Muara Angke, Jakarta Utara.”Buah pidada atau nama latinnya sonneratia cosolaris adalah salah satu bagian dari tanaman bakau yang bisa dimanfaatkan untuk bahan baku sirup, yang saat ini sudah diproduksi secara mandiri oleh anggota Karang Taruna Muara Angke, Jakarta Utara,” kataYusuf Muhammad di Jakarta, Kamis.Yusuf mengatakan buah pidada memiliki karakteristik rasa asam yang khas, sehingga ketika dimanfaatkan untuk sirup akan memberi rasa segar. Buah pidada juga disukai oleh monyet, sehingga aman dikonsumsi secara langsung oleh manusia.
“Buah pidada juga memiliki banyak manfaat lain, bisa untuk selai, bahan kue kering, dodol, bunganya bisa dimanfaatkan untuk obat diare. Akar bakau juga bisa digunakan untuk pewarna alami pakaian,” katanya.Adapun cara pengolahan buah pidada sampai menjadi sirup masih dilakukan secara manual, dan untuk satu botol sirup dihargai Rp40.000. Sejauh ini, penjualannya masih dilakukan dengan pemesanan terlebih dahulu atau by request.”Teman-teman karang taruna membuatnya by request, misal ketika ada acara-acara konservasi, terus ada yang pesan, ya kita buat,” tutur Yusuf.Ia menjelaskan buah pidada yang dapat dimanfaatkan untuk sirup hanya boleh diambil dari hutan lindung, bukan dari kawasan konservasi.”Kalau mau ambil di daerah konservasi harus ada Perjanjian Kerja Sama (PKS), sedangkan yang bisa dimanfaatkan itu di hutan lindung, misalnya ada di beberapa kawasan di Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu,” ujar dia.
Melalui pemanfaatan buah bakau ini, BKSDA berharap bisa mengedukasi masyarakat bahwa bagian tanaman bakau yang bisa dimanfaatkan tidak hanya kayu saja, melainkan bagian-bagian lain juga.BKSDA bekerja sama dengan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) menyelenggarakan acara diskusi dengan media terkait konservasi dan penanaman bakau hari ini.Selain untuk mengenalkan suaka margasatwa yang ada di kawasan Muara Angke, seluruh peserta juga diajak untuk melakukan penanaman langsung tanaman bakau sebagai upaya konservasi laut.