RedaksiHarian – Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Putu Supadma Rudana mengatakankemiskinan dan gizi buruk di Madura, Jawa Timur, masih tinggi, sehingga dia meminta Pemerintah pusat memberikan perhatian khusus terkait hal tersebut.

“Pemerintah pusat harus segera turun tangan untuk membantu Madura mengentaskan kemiskinan dan gizi buruk,”kata Putusaat berkunjung ke Universitas Trunojoyo Madura (UTM), sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.

Dia menyebut anggaran untuk penanganan kasus kekerdilan pada anak ataustunting di daerah itu masih minim. Hal itu terlihat dari alokasi anggaran Dinas Kesehatan Kabupaten Bangkalan sebesarRp245 juta untuk penanganan ratusan anakstuntingdan puluhan ribu keluarga berisiko.

“Total anak stuntingdi 20 desa ditetapkan lokus tersebut mencapai 656 anak, sementara jumlah keluarga yang berisiko stunting10.940; (dana) ini sangat kecil sekali,”kata Putu.

Lebih lanjut, dia mengatakan peran parlemen dalam tiga fungsinya, yakni legislasi, anggaran, dan pengawasan, juga harus disinergikan secara maksimal dengan Pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan segenap pemangku kepentingan.

Hal tersebutuntuk memajukan potensi ekonomi, pendidikan, pengentasan kemiskinan dan gizi buruk, perlindungan terhadap buruh migran, menjaga budaya lokal di daerah, serta mempromosikan potensi wisata.

“Perlu perhatian Pemerintah agar seluruh potensi Madura punya dampak positif untuk peningkatan ekonomi masyarakat Madura. Kami harap ada kebijakan Pemerintah yang mengafirmasi Madura agar seluruh potensi yang hulunya dari Madura, itu hilirnya juga diproses di Madura,” jelasnya.

Menurut Putu, untuk mencapai keberhasilan di berbagai sektor, diperlukan sinergi dan kerja sama yang kuat antara anggota parlemen, pemangku kepentingan lokal, dan institusi pendidikan.

“Kerja sama yang erat antara anggota parlemen dan institusi pendidikan merupakan langkah krusial untuk menciptakan kebijakan yang berkelanjutan dan mendukung perkembangan ekonomi daerah termasuk peningkatan sumber daya manusia (capacitybuilding),” jelasnya.

Putu menambahkanDPRperlu memastikan kebijakanpemerintah daerah dalam memajukan ekonomi di daerahnya harus sesuai data yang dikaji dengan akurat, sehingga dapat dihasilkan solusi berkelanjutan.

“Kami berharap kunjungan ini akan memberikan kontribusi serta mendorong Bangkalan dan juga Pulau Madura serta Universitas Trunojoyo Madura agar tergaung, baik secara nasional maupun ke seluruh penjuru dunia,” ucapnya.

Sementara itu, Rektor UTM Syafi’i mengatakan potensi alam Madura perlu mendapat perhatian khusus, mengingat Madura kaya akan potensi sumber daya alam (SDA). Dengan demikian, hal itu dapat menekan angka buruh migran dari daerah tersebutke luar negeri.

“Madura memiliki basis pekerja migran akibat tuntutan ekonomi. Maka, perlu mendapatkan perhatian serius oleh Pemerintah agar dapat perlindungan secara profesional,” kata Syafi’i.

Dia mengatakan Madura merupakan daerah penyuplai garam nasional hingga 70 persen, termasuk juga gas di Jawa Timur, serta memiliki potensi jagung dan rempah-rempah.

Hanya saja, Syafi’i menyoroti indeks pembangunan manusia (IPM) Maduracenderung menempati posisi terendah di Jawa Timur. Selain itu, dia juga mendorong pembangunan infrastruktur lebih masif untuk menunjang akses menuju lokasi pariwisata di Madura.

“Frekuensi kendaraan yang masuk ke Madura itu sudah overload. Makanya, memang perlu diikuti pembangunan infrastruktur yang layak. Potensi pariwisata di Madura cukup banyak,” katanya.

Selain itu, dia mengatakan kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan di Madura sudah terbangun sejak dulu dan menjadi bagian budaya masyarakat. Namun, akses perempuan ke sektor-sektor publik di Madura masih perlu dikuatkan.

“Urusan domestik rumah tangga tidak sedikit, malah tergantung ekonomi dari pekerjaan perempuan, termasuk dalam bertani tidak membedakanlaki-laki dan perempuan, sama-sama turun ke sawah. Cuma, kalau masuk wilayah publik masih terbatas. Apakah perempuan Madura tidak tertarik atau aksesnya masih terbatas, di DPRD Kabupaten saja masih sedikit perempuan itu,” ujar Syafi’i.