redaksiharian.com – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terus meningkatkan keikustertaan pria dalam program KB guna mewujudkan penduduk Indonesia yang berkualitas terutama di wilayah Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

“BKKBN menggunakan pendekatan program KB yang tidak hanya berfokus pada pengendalian populasi dan penurunan fertilitas saja, tetapi juga diarahkan pada pemenuhan hak-hak reproduksi,” kata Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN, Eni Gustina dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat.

Dalam Refreshing Penyedia Pelayanan Vasektomi dan Fasilitasi Penguatan Kapasitas Pelayanan KB melalui Pre-Service Training yang digelar di Banjarmasin pada Selasa (6/6), Eni menuturkan pendekatan itu bertujuan untuk menekankan bahwa partisipasi pria menjadi penting dalam KB dan kesehatan reproduksi, karena pria adalah rekan (partner) wanita dalam reproduksi dan seksual.

Oleh karenanya, pria dan wanita harus berbagi tanggung jawab. Di sisi lain, program KB bisa membantu keluarga mengalami kehamilan yang lebih sehat dan terencana, juga mencegah anak lahir dalam kondisi stunting.

Meski demikian, Eni menyayangkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017, menunjukkan kesertaan pria dalam ber-KB masih rendah, yakni untuk penggunaan kondom sebesar 2,5 persen dan vasektomi 0,2 persen.

Data di New SIGA BKKBN tahun 2022, juga menunjukkan capaian kesertaan KB pria sebesar 2,48 persen atau hanya memenuhi 46,52 persen dari target yang telah ditetapkan BKKBN, yakni sebesar 5,33 persen.

“Berdasarkan pelayanan KB vasektomi per Juni tahun 2023, jumlah akseptor vasektomi yang dilayani di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 17 akseptor. Upaya untuk meningkatkan partisipasi pria dalam pemakaian kontrasepsi telah kami lakukan secara intensif dan terus menerus,” katanya.

Lebih lanjut, Eni membeberkan akseptor pria yang hadir dalam acara itu telah mengikuti program KB vasektomi atau metode operasi pria (MOP). Vasektomi adalah operasi kecil yang dilakukan untuk mencegah transportasi sperma pada testis dan penis dengan harapan air mani yang keluar ketika ejakulasi tidak lagi mengandung sel sperma.

“Vasektomi merupakan prosedur yang sangat efektif untuk mencegah terjadinya kehamilan karena bersifat permanen,” katanya.

Seorang akseptor vasektomi, Hairul Effendi (55) mengatakan sudah ber-KB sejak 2010. Dirinya mengaku sama sekali tidak merasa sakit.

Bahkan, kini merasa tidak memiliki beban apapun ketika melakukan hubungan seksual bersama sang istri, setelah memiliki empat anak.

Hal yang sama juga dirasakan Taufik (56), yang mengatakan bahwa program KB sangat membantu sang istri agar tidak hamil di luar rencana.

“Istri suka lupa minum pil KB, jadi saya bersedia ikut KB vasektomi. Saya juga sudah punya tujuh anak, ini sangat membebani ekonomi keluarga (bila jumlah anak kami bertambah),” ujarnya.