redaksiharian.com – Kota Tangerang memiliki sejumlah tempat wisata yang menarik, salah satunya OMAH Library.
Perpustakaan ini merupakan milik pribadi yang dibuka untuk umum, dibangun oleh arsitek Realrich Sjarief dari RAW Architecture. OMAH Library juga termasuk dalam Guha, tempat berisi tiga bagian yaitu rumah pribadi, studio arsitektur, dan perpustakaan.
Adapun awalnya tempat ini ditujukan bagi para arsitek muda yang ingin belajar arsitektur dan desain rumah dengan Rich. Sesuai namanya, OMAH yaitu singkatan dari On Meeting Architecture Hub (OMAH).
Memiliki desain yang estetik, OMAH Library cukup ramai di media sosial beberapa waktu terakhir.
Kompas.com pun tertarik untuk datang ke perpustakaan yang beralamat di Taman Villa Meruya Blok F2/15-16, Karang Mulya, Kecamatan Kembangan, Kota Tangerang, Banten, ini.
Pengalaman berkunjung ke OMAH Library
Masuk dan tur ruangan
Sebagai informasi, sebelum berkunjung, setiap orang diharuskan untuk reservasi secara daring (online) terlebih dahulu. Caranya dengan meng-klik tautan yang ada di akun Instagram OMAH Library.
Setelah mengisi data diri, memilih jadwal kunjungan, dan memberikan donasi, calon pengunjung diimbau menunggu untuk dihubungi oleh pihak OMAH Library.
Saat hari H kunjungan, pengunjung bisa berkontak dengan admin untuk mengabarkan kedatangan.
Pada Jumat (26/5/2023), Kompas.com tiba di OMAH Library sekitar pukul 13.30 WIB. Dari depan, bangunan Guha terlihat estetia dengan dominasi warna coklat.
Setiap pengunjung tidak bisa masuk sendiri atau langsung membuka pintu, melainkan harus memencet bel dan menunggu untuk dibukakan oleh staf OMAH Library.
Siang itu, Kompas.com ditemani oleh seorang pustakawan bernama Lulu. Ia membawa pengunjung pintu masuk dengan kolam renang, kemudian duduk di ruang tengah. Sebelum mulai membaca, Kompas.com diajak berkeliling.
Mengagumi arsitektur bangunan
Lulu bercerita bahwa bangunan Guha menerapkan konsep bioklimatik, atau arsitektur yang mengusung konsep alam, natural, dan rendah energi.
“Bangunan di sini banyak memanfaatkan alam seperti angin dan sinar matahari langsung. Bahan-bahannya juga banyak yang didaur ulang, tapi tetap terlihat bagus,” ujar dia.
Dirancang oleh Realrich, ruangan Guha layaknya labirin karena banyak ruangan tak terduga dan tersembunyi. Namun, kesannya tetap menyenangkan dan tiap ruangan tertata rapi.
“Tata letak ruangan dan benda-benda di sini secara berkala diubah,” imbuh Lulu.
Tak hanya hemat energi, pemilihan warna ala bumi yang ada di Guha menambah kesan hangat. Warna coklat, abu-abu, dan hijau yang dominan, serta lampu kuning mempercantik ruang tengah yang terdiri dari sofa, kursi, serta piano.
“Untuk OMAH Library, kurang lebih ada sekitar empat ruangan. Area bookstore, ruang baca di atas, perpustakaan, dan ruang workshop atau hall di basement,” terangnya.
Kompas.com pun menelusuri area bookstore yang berisi lemari dengan puluhan buku terbitan RAW Architecture. Buku-buku ini bisa dibeli di tempat ataupun melalui pemesanan daring.
Pindah ke bagian atas, terdapat ruang baca dengan jendela setengah lingkaran yang estetis. Tempatnya sejuk dan tidak terlalu terang, namun tetap nyaman untuk duduk sambil membaca.
Di area ini, terdapat dua bean bags dan satu kursi di sisi tengah jendela. Spot ini jadi salah satu incaran banyak pengunjung yang ingin berfoto. Lalu, di sebelah kanan dan kiri ada lemari yang memajang buku-buku dan ada meja, serta kursi.
Berpindah ke area sebelah kiri dari ruang tengah, ada dapur yang masih belum aktif. Rencananya, kata Lulu, dapur ini akan dijadikan sebagai kafe yang menjual aneka makanan ringan.
Keluar dari dapur, ada area terbuka dengan tanaman dan kursi untuk duduk-duduk serta makan. Lalu di sebelah kanan, terdapat lorong kecil yang mengarah menuju perpustakaan.
Perpustakaan, lagi-lagi membuat Kompas.com berdecak kagum. Didominasi warna putih, area ini menyediakan sofa, meja, dan karpet yang nyaman. Penataan buku juga sangat rapi, dengan desain lemari yang unik.
Turun satu lantai dari perpustakaan, pengunjung akan menemukan basement dua lantai, meski yang bisa diakses umum hanya satu lantai. Lantai ini merupakan hall atau ruang untuk seminar dan workshop yang diadakan OMAH Library secara berkala.
Ruangan ini tak kalah nyaman, meski ada di bawah tanah. Desainnya modern, sekaligus nyaman dengan dilengkapi sofa, kursi, dan meja. Di dinding kanan dan kiri, terpajang ratusan testimoni pengunjung.
Menikmati ruang baca dan perpustakaan
Usai puas berkeliling, Kompas.com kembali menuju area perpustakaan. Buku-buku yang tersaji cukup lengkap, meski sebagian besarnya adalah buku arsitektur. Namun, ada juga buku pengetahuan, pengembangan diri, dan sastra.
Sore itu, hanya ada dua orang yang duduk di sofa perpustakaan, satu membaca sedangkan satu lagi membuka laptop. Suasananya sangat tenang dan enak untuk membaca, sambil diiringi lantunan musik lembut.
Kemudian, berpindah ke ruang baca di lantai dua. Spot paling favorit yaitu di depan jendela kaca ternyata juga sangat nyaman.
Rasanya, tak cukup hanya dua jam menikmati seluruh bagian ruang OMAH Library. Selain cocok untuk yang ingin fokus membaca atau mengerjakan tugas, setiap sudut OMAH Library sangat cantik untuk didokumentasikan.
Adapun bagi yang membawa anak-anak, Lulu mengatakan ada perpustakaan anak (children library) di bangunan depan yang terpisah dari rumah.
Bangunan perpustakaan anak berbentuk persegi panjang, dengan pendingin ruangan, kursi, dan boks berisi mainan. Koleksi bukunya didominasi oleh komik.
Sore sekitar pukul 17.00 WIB, sudah saatnya kembali ke rumah. Rasanya waktu berjalan sangat cepat dan tidak terasa jika sudah tenggelam di antara buku-buku di OMAH Library.
Meski lokasinya cukup jauh, patut rasanya berjuang untuk sampai dan menikmati hidden gem di kota Tangerang ini.