redaksiharian.com – Lonjakan laba bersih emiten-emiten tambang batu bara nasional nasional membuat taipan pemiliknya semakin tajir melintir.
Bagaimana tidak, dari 5 emiten produsen batu bara terbesar di Tanah Air yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sukses mencatatkan kenaikan laba bersih ratusan hingga ribuan persen pada semester I 2022.
Peningkatan laba bersih terbesar dicatatkan oleh emiten PT Indika Energy Tbk (INDY). Hingga Juni 2022, laba bersih INDY naik 1.571% menjadi US$ 201 juta dari periode yang sama tahun sebelumnya US$ 12 juta.
Kenaikan laba bersih INDY juga dibarengi dengan peningkatan pendapatan sebesar 66% secara tahunan menjadi US$ 1,94 miliar.
Kontributor terbesar pendapatan INDY berasal dari anak usahanya yaitu PT Kideco Jaya Agung sebagai produsen batu bara nasional. Hingga semester I 2022, pendapatan Kideco naik 58% menjadi US$ 1,38 miliar.
Harga batu bara rata-rata (average selling price/ASP) Kideco mengalami peningkatan sebesar 68% secara tahunan. Peningkatan ASP yang signifikan masih mampu menutupi penurunan volume penjualan sebesar 5,9% sehingga dari sisi top line masih mampu membukukan pertumbuhan dobel digit.
Di posisi kedua ada PT Harum Energy Tbk (HRUM) milik Kiki Barki yang sukses mencatatkan pertumbuhan laba sebesar 1.310% secara tahunan.
Pada semester I-2022, laba bersih HRUM melesat hampir 15x menjadi US$ 146 juta, padahal di tahun sebelumnya laba bersih HRUM hanya US$ 10 juta saja.
Pertumbuhan laba bersih yang fantastis juga dibarengi dengan kenaikan penjualan yang mencapai 226% secara tahunan menjadi US$ 377 juta.
Di posisi ketiga ada emiten tambang batu bara milik Boy Thohir yaitu PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO). Laba bersih ADRO tercatat tumbuh 613% menjadi US$ 1,2 miliar pada semester I 2022.
Sementara itu dari sisi top line, pendapatan ADRO naik menjadi US$ 3,5 miliar atau tumbuh 127% secara tahunan. Hal ini selaras dengan peningkatan ASP maupun volume penjualan yang meningkat masing-masing 117% dan 7% secara tahunan.
Selanjutnya ada PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG). Emiten tambang batu bara yang mayoritas sahamnya dikuasai oleh raksasa energi Thailand (Banpu) ini juga sukses mencetak pertumbuhan laba bersih signifikan.
Tak tanggung-tanggung, laba bersih ITMG naik 292% secara tahunan menjadi US$ 461 juta pada semester I-2022. Pendapatan ITMG juga naik 110% menjadi US$ 1,4 miliar yang ditopang oleh kenaikan ASP mencapai 134% meskipun volume penjualan turun 10% menjadi 8,1 juta ton.
Terakhir ada emiten tambang batu bara nasional pelat merah yaitu PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Laba bersih PTBA juga melonjak 246% secara tahunan menjadi Rp 6,2 triliun pada semester I-2022.
Pendapatan PTBA juga melesat 79% secara tahunan menjadi Rp 18,4 triliun sejalan dengan peningkatan ASP yang mencapai lebih dari 50% dan volume penjualan sebesar 14% secara tahunan pada semester I-2022.
Berikut adalah rincian kinerja keuangan dari kelima emiten batu bara tersebut :
Revenue
Emiten
Kurs
1H22
1H21
YoY
ADRO
US$ juta
3,541
1,563
127%
HRUM
US$ juta
377
116
226%
INDY
US$ juta
1,939
1,165
66%
ITMG
US$
1,422
676
110%
PTBA
Rp
18,423
10,291
79%
Net Profit Attributable to Parent Company
Emiten
Kurs
1H22
1H21
YoY
ADRO
US$ juta
1,213
170
613%
HRUM
US$
146
10
1310%
INDY
US$
201
12
1571%
ITMG
US$
461
118
292%
PTBA
Rp miliar
6,157
1,779
246%
Volume Penjualan (Juta Ton)
Volume Penjualan
1H22
1H21
Change
ADRO
27.5
25.8
6.6%
INDY (Kideco)
17.0
18.1
-5.9%
ITMG
8.1
9.0
-10%
PTBA
14.7
12.9
14%
Peningkatan harga batu bara global memang memberikan berkah bagi emiten tambang batu hitam Tanah Air. Adanya krisis energi global memicu terjadinya kenaikan harga batu bara.
Asal tahu saja, harga kontra batu bara acuan global ICE Newcastle terpantau naik 214% secara tahunan pada semester I-2022. Rata-rata harga kontrak batu bara Newcastle di semester I-2022 mencapai US$ 299/ton. Bahkan harga batu bara sempat tembus ke atas US$ 400/ton.
Maka dari itu tidak kaget apabila hanya dalam waktu 6 bulan, lima emiten batu bara terbesar di Indonesia sukses mencatatkan total net profit Rp 36 triliun.