redaksiharian.com – Puluhan siswa Sekolah Dasar Purwahamba I dan II, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, tampak antusias saat menyambut para biksu yang menjalani ritual thudong , pada Rabu (24/5/2023).
Mereka melambaikan tangan dan menyapa dengan ramah begitu para bhante tiba di obyek wisata Pantai Purwahamba Indah untuk beristirahat.
Keramahan para siswa itu pun dibalas dengan senyum lebar para biksu. Bahkan, salah satu bhante mengucapkan salam kepada mereka.
“Asalamualaikum,” ucap biksu itu dengan tersenyum.
Sontak, anak-anak SD itu membalas ucapan salam dengan kompak, “Waalaikumsalam.”
Kepala Sekolah Purwahamba I Siwi Saptono Raharjo mengatakan, pihaknya sengaja mengajak siswa kelas 5 dan 6 untuk menyambut para biksu sebagai upaya mengajarkan keberagaman serta toleransi beragama.
“Kami berusaha mengenalkan toleransi kepada anak-anak, bahwa agama di indonesia bukan hanya Islam, tapi ada Buddha, Hindu, Kristen, dan sebagainya,” ujar Siwi kepada Kompas.com.
Siwi mengaku merasa terharu ketika melihat anak-anak begitu antusias menyambut para biksu.
Ia menuturkan, kehidupan antarumat beragama sudah seharusnya saling menghormati dan menghargai.
“Saya merasa terharu. Ini peristiwa besar menurut saya,” ucap Siwi.
Thudong atau ritual berjalan kaki dari Thailand menuju Candi Borobudur dilakukan oleh 32 biksu yang hendak merayakan Waisak 2567 BE, pada Minggu (4/6/2023).
Para biksu mulai berjalan kaki dari Nakhon Si Thammarat, sebuah kota di selatan Thailand, pada 23 Maret 2023.
Kemudian, mereka berjalan melewati Malaysia dan Singapura. Setelah beristirahat selama tiga hari di Singapura, para biksu melanjutkan perjalanan dan tiba di Pelabuhan Internasional Harbour Bay, Kota Batam, pada Senin (8/5/ 2023).
Dari Batam, mereka menuju Jakarta menggunakan pesawat dan tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, pada Rabu (10/5/2023).
Sebelum melanjutkan perjalanan, para biksu bertemu dengan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha, Supriyadi di kantor Kementerian Agama, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (11/5/2023).
Ritual tapak tilas yang dalam bahasa Thailand disebut thudong ini diinisiasi oleh biksu asal Indonesia, Bhante Kantadhammo atau Bhante Wawan.
Selama melakukan thudong, para biksu hanya menerima makanan serta minuman dari sedekah umat, dan bermalam di suatu tempat pada malam hari.
Bhante Wawan mengatakan, thudong merupakan praktik pertapaan dengan mengembara yang dilakukan Sang Buddha dan para murid.
Di negara-negara Buddhis, thudong kerap dipraktikkan oleh biksu khamatama atau biksu dhutanga yang tinggal di hutan.
“Kami mengikuti zamannya Sang Buddha dan para bhikkhu yang tradisinya masih alami, benar-benar mereka mempraktikkan dhutanga ini,” ujar Bhante Wawan.
Dalam menjalani thudong, mereka singgah di rumah umat dan beberapa tempat ibadah, antara lain Vihara Buddha Dharma, Vihara Sariputra Cikarang, Vihara Buddha Loka, dan Klenteng Liong Hok Bio.
Kemudian, para biksu juga akan bermalam di kediaman Habib Luthfi bin Yahya, Kansuz Sholawat, Kelurahan Noyontaan, Kota Pekalongan, Jawa Tengah, pada Kamis (25/5/2023).
(Penulis Kristian Erdianto | Editor Bayu Galih)