redaksiharian.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan Selasa (27/9/2022) di zona merah. IHSG terpantau mengalami koreksi 0,21% di 7.112,44. Sempat jatuh ke level 7.000-an di sesi pertama, IHSG sukses memangkas koreksi di sesi kedua dan berhasil bertahan di atas level 7.100.

Pasar saham AS ditutup ambrol lagi pada perdagangan perdananya pekan ini di tengah gejolak kenaikan suku bunga The Fed serta proyeksi mengejutkan terkait arah suku bunga ke depan yang lebih agresif oleh Komite Pengambil Kebijakan (FOMC) sehingga memicu kekhawatiran resesi.

Dow Jones Industrial Average ambles 329,6 poin, atau 1,11%. Sedangkan S&P 500 dan Nasdaq ditutup masing-masing ambrol 1,03% dan 0,6%.

S&P 500 mencatat penutupan terendah baru untuk 2022 dan Dow Jones Industrial Average tergelincir ke pasar bearish karena suku bunga melonjak serta gejolak mengguncang mata uang global.

Hingga hari ini sentimen utama masih didominasi oleh keputusan hasil rapat pejabat bank sentral serta proyeksi yang mengejutkan dari suku bunga The Fed.

Diketahui, otoritas moneter AS tersebut terhitung telah menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 5 kali. Pertama dilakukan pada Maret 2022 sebesar 25 bps. Selanjutnya di bulan Mei sebesar 50 bps.

Kemudian di bulan Juni, Juli dan terakhir September, The Fed menaikkan masing-masing 75 bps. Pelaku pasar tidak hanya menyorot soal kenaikan suku bunga acuan di bulan September karena memang sudah diantisipasi.

Namun pelaku pasar was-was terhadap ungkapan Ketua The Fed yang memberikan sinyal akan membawa suku bunga menjadi 4,4% pada akhir 2022 mendatang dan menaikkan 4,6% untuk perkiraan tahun depan. Efek pengetatan ini, konsensus memperkirakan akan ada kenaikan 75 bp di bulan November.

Inilah yang menjadi ketakutan di pasar dan akan terasa di seluruh pasar baik itu pasar saham, tenaga kerja, serta perumahan.

Namun dalam meredam inflasi yang telah mencapai level tertingginya, Powell tidak pernah mengatakan bahwa resesi adalah proyeksinya, meskipun para ekonom di Nomura memperkirakan AS akan masuk ke jurang resesi tahun ini.

Potensi resesi global semakin nyata dan nyaring bunyinya. Pelaku pasar makin khawatir akan perekonomian global yang kembali lesu ke depannya.

Negara-negara akan kembali mengalami perlambatan ekonomi dan tingkat pengangguran akan mengalami kenaikan akibat dari resesi global.

TIM RISET CNBC INDONESIA