RedaksiHarian – Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian berharap harga beras nasional bisa turun sebanyak 0,15 persen karena realisasi penyaluran bantuan pangan beras telah mencapai 95 persen atau 605 ribu ton dari target 640 ribu ton per 23 Juni 2023.
“Bantuan pangan beras periode April-Juni 2023 sampai 23 Juni sebesar 605.000 ton atau 95 persen dari target 640 ribu ton. Dengan adanya penyaluran beras murah, kita harapkan akan mampu menurunkan harga beras bulan ini sebesar 0,15 persen dibandingkan April 2023,” kata Deputi II Bidang Koordinasi Pangan dan Bisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdhalifah Machmud dalam peresmian Gerakan Pangan Murah Serentak Nasional di Jakarta, Senin.
Bantuan pangan beras merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengamankan harga beras di tingkat konsumen serta menjaga inflasi tetap terjaga yang dilaksanakan dalam 3 tahap selama 3 bulan kepada sasaran penerima sebanyak 21,3 juta KPM. Penyaluran tahap pertama telah dimulai sejak Maret 2023 dan masing-masing KPM akan menerima bantuan berupa beras 10 kilogram sebanyak 3 kali.
Musdhalifah menuturkan komoditas bahan makanan memberikan andil inflasi sehingga ketersediaan dan harganya harus dikontrol. Pada Mei, tercatat bawang merah, daging ayam, dan beras masing-masing sebesar 0,03 persen. Lalu, ikan segar, telur, ayam ras, bawang putih, dan cabai rawit masing masing memberikan andil inflasi 0,02 persen serta tomat 0,01 persen. Sementara komoditas yang sangat dominan memberikan andil adalah cabai merah sebesar 0,04 persen.
“Pada bulan Mei ini inflasi umum bulanan 0,09 persen utamanya didorong oleh komponen harga bergejolak yang tercatat memberikan adil inflasi totalnya 0,09 persen dan mengalami inflasi sebesar 0,49 persen (mtm) atau secara tahunan tercatat 3,28 persen,” ucapnya.
Musdahlifah menekankan bahwa dalam rangka pemenuhan pangan murah untuk rakyat, pemerintah harus berupaya mendorong petani dalam negeri mampu memproduksi kebutuhan pangan dengan efisien dan terjangkau.
Hal itu lantaran pemenuhan sejumlah komoditas pangan dalam negeri masih mengandalkan produksi dari luar negeri, di antaranya pemenuhan kebutuhan daging melalui impor dengan porsi mencapai 40 persen, lalu pemenuhan gula konsumsi sekitar 20 persennya didatangkan dari luar.
Pemenuhan bahan baku gula untuk industri makanan dan minuman sepenuhnya dipenuhi dari dalam negeri. Kebutuhan bawang putih dan susu sebanyak 80 persennya harus dipenuhi dari luar negeri.
Selain menggenjot produksi dalam negeri, ia juga berharap ketersediaan logistik pangan dapat menyeluruh darihulu hingga hilir agar hasil komoditas yang beraneka ragam dari daerah yang surplus dapat didistribusikan ke daerah yang defisit.
“Ini sangat dibutuhkan sarana logistik yang efisien agar harga yang terbentuk di wilayah penerima produk pangan ini bisa tetapterjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat kita,” ucapnya.