redaksiharian.com

    4SHARES

Balita Belajar Jalan/ Foto: Shutterstock

Dream – Proses tumbuh kembang anak merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Berjalan atau langkah pertama, adalah tahapan perkembangaan yang sangat dinantikan para orangtua.

Pada beberapa anak, mulai belajar melangkah atau mencoba saat usia 15 bulan. Ada juga yang lebih dari usia tersebut dan hal ini sering membuat khawatir. Anak. Penny Glass, Ph.D., seorang ahli tumbuh kembang anak di Children’s National Medical Center, Washington, D.C mengungkap bahwa tidak semua anak bisa berjalan di tahun pertama mereka.

” Kebanyakan anak berjalan atau mencoba pada usia 15 bulan, tetapi usia 18 bulan masih dapat dianggap sebagai batas atas normal,” ujarnya.

Terdapat perbedaan antara anak yang sekedar terlambat berjalan dan anak dengan Gross Motor Delay atau keterlambatan perkembangan motorik kasar. Penny mengungkap, jika seorang anak tidak menunjukkan ketertarikan pada aktivitas motorik, anak tersebut mungkin mengalami masalah dengan keterampilan motorik. Sebaliknya, anak yang banyak mencoba berdiri dan berjalan cenderung tidak mengalami keterlambatan.

Kemampuan Berjalan Dipengaruhi Juga Kepribadian Anak

Orangtua dapat memperhatikan tonus (kekuatan) otot pada anak dan kualitas gerakannya. Umumnya, anak memiliki kontrol yang baik di sekitar usia 4 bulan, dan tetap tegak jika ditempatkan dalam posisi duduk pada usia 7 – 8 bulan. Jika anak melakukan hal tersebut tetapi, tetap terlambat berjalan, hal ini tidak terlalu mengkhawatirkan.

Kepribadian atau temperamen anak juga menjadi aspek yang harus diperhatikan. Beberapa anak lebih aktif, namun ada juga yang cenderung menjadi pengamat dan penuh perhitungan. Anak yang memiliki keterampilan sosial dan penuh rasa penasaran bisa terlambat berjalan karena mereka lebih tertarik untuk mengamati dunia di sekitar mereka dan lebih berhati-hati.

” Untuk melatih anak berjalan, orangtua dapat membiarkan anak mencoba berdiri sambil melingkari lengan untuk keselamatannya. Berpegangan sambil berdiri dapat melatih keseimbangannya untuk berjalan,” ungkap Penny.

Laporan: Meisya Harsa Dwipuspita/ Sumber: Parents

Ternyata Tak Boleh Sering Lap Mulut Balita Saat Makan

Dream – Makan bagi anak usia di bawah lima tahun bukan sekadar untuk memenuhi kebutuhan nutrisi mereka. Ada banyak manfaat yang bisa merangsang tumbuh kembang motorik si kecil saat makan dan hal ini sering tak disadari orangtua.

Biasanya, si kecil disuapi saat makan. Mereka digendong atau pun duduk dan sambil menatap layar. Hal tersebut sebaiknya jangan dilakukan. Berikan saja si kecil potongan makanan yang mudah digenggam dan digigitnya.

© Shutterstock

Tak masalah jika makanan jadi sangat berantakan di mulutnya. Jangan terlalu sering membersihkan dan lap mulutnya dengan tisu basah. Saat anak makan dengan berantakan atau dikenal dengan messy eating, justru ia sedang bereksplorasi.

Hal tersebut, menurut dokter Lucyana Santoso, Sp.A, memiliki banyak manfaat. Apa saja?

1. Belajar mengenal berbagai tekstur

Membiarkan anak makan sendiri dapat mendorongnya untuk menyentuh makanan yang disajikan. Ini adalah bagian dari stimulasi taktil dan sensori untuk meningkatkan sensitivitas indra peraba. Bermanfaat besar bagi tumbuh kembang sesnsorik dan ketertarikannya pada makanan.

2. Meningkatkan kemampuan motorik

Jika dilakukan secara rutin, anak terlatih untuk fokus. Anak juga akan belajar melatih keseimbangan, mengkoordinasi gerakan, melakukan gerakan selektif, seperti menjimpit makanan. Termasuk, mengurangi GTM (gerakan tutup mulut) dan memicu keinginan mencoba makanan baru.

© Shutterstock

” Salah satu kunci keberhasilan pemberian MPASI (makanan pendamping ASI) adalah membuat proses makan menjadi menyenangkan. Maka anggap jam makan adalah waktu untuk bermain dan bereksplorasi,” ujar dr Lucy, dikutip dari TentangAnak.

Pastikan juga memberi makanan yang sesuai dengan usia anak guna mencegah tersedak. Untuk lebih efektif, bagi satu porsi makanan menjadi dua tempat, satu untuk anak makan sendiri dan satu untuk disuapi. Jangan lupa berikan apresiasi saat anak berhasil makan sendiri dan lahap.

Informasi seputar perkembangan anak bisa di lihat di aplikasi Tentang Anak, yang berkomitmen membantu banyak orangtua dalam memantau perkembangan anak dengan mudah, cepat dan praktis, bersama ahlinya. Aplikasi dapat diunduh secara gratis di App Store dan Play Store.

Menguak Kebiasaan Balita yang Tak Mau Lepas dari Selimut Lusuh

Dream – Pada beberapa anak, terutama usia di bawah lima tahun (balita), ada yang memiliki benda kesayangan yang selalu dibawa ke mana pun. Seperti boneka, mainan tertentu, bantal hingga selimut.

Biasanya, saat benda-benda itu jauh dari jangkauan, dibersihkan atau hilang, anak bisa begitu cemas hingga menangis dan mencarinya kemana pun. Bagi Ayah atau Bunda yang memiliki anak balita yang selalu membawa benda favoritnya ke mana pun mungkin kerap khawatir.

© MEN

Rupanya, hal tersebut tak sepenuhnya buruk. Penelitian menunjukkan bahwa barang yang selalu dibawa anak kemana pun adalah hal yang baik. Ternyata, itu bisa jadi alat untuk meningkatkan kepercayaan diri, nilai diri, dan bahkan memberdayakan anak.

Mengapa? Selimut atau barang apapun seperti memunculkan rasa aman bagi anak-anak. Cara itu juga membantu anak lebih tenang saat harus berpisah dengan orangtua dan pengasuhnya.

Pada beberapa anak, mereka butuh bantuan berupa ” benda pengaman” untuk menghadapi transisi sulit. Dengan benda favoritnya itu, anak seperti punya penenang yang menghubungkan mereka dengan orang-orang terdekat ketika terpisah.

Punya Koneksi yang Kuat

Dikutip dari Psychology Today, benda ‘aman’ ini berakar pada elemen sensorik yang mengurangi stres karena perpisahan, sekaligus menenangkan dan menghibur anak. Setiap aspek dari barang tersebut — mulai dari baunya, hingga noda dan kondisinya yang sudah rusak adalah bagian dari hubungan unik antara rasa aman dan anak.

Bila memang anak terus membawanya ke mana pun terutama ketika harus terpisah dari orangtua atau pengasuhnya, siapkan kantong atau tas khusus. Bila anak merasa cemas atau takut, ia bisa memegangnya, tapi ajarkan dia untuk menyimpannya dengan baik.

Siapkan tas yang bisa dibuka tutup dengan mudah oleh anak untuk menyimpan barang ” aman” si kecil. Dengan begini, ia tetap merasa aman dan tahu cara mengendalikan kecemasannya.