redaksiharian.com – “Memang ini menjadi tantangan besar ya buat kita semua. Karena memang pengelolaan data itu sendiri tidak hanya di satu pihak,” kata Vice President ISACA Indonesia Harun Al Rasyid saat dijumpai di Jakarta Pusat, Rabu (12/10/2022).

“Kadang semua orang melihat ke unit TI, unit IT gitu ya. Seakan akan mereka yang bertanggung jawab atas kebocoran data. Padahal, namanya sistem elektronik itu titiknya banyak sekali. Tidak hanya dari TI tapi juga user,” tambahnya.

Lebih lanjut, Harun juga menjelaskan bahwa mengunduh aplikasi tidak dikenal, membuka link atau menjawab pesan tidak dikenal merupakan salah satu hal yang dapat mengakibatkan kebocoran data.

“Mungkin banyak banget teknik-teknik hacking atau pembobolan data, pembobolan sistem segala macam itu trigger-nya dari user saat mereka men-download sesuatu yang tidak dikenal, saat membuka link yang tidak dikenal, saat mereka menjawab chat atau email dengan ceroboh,” katanya.

“Itu yang rasanya jadi tanggung jawab bersama. Mungkin PR besarnya adalah membangun awareness dan kompetensi dari semua pihak untuk bisa menyadari bahwa ini adalah tanggung jawab besar yang perlu kita jaga, perlu kita upayakan bersama,” imbuhnya.

Untuk menghindari kebocoran data atau pencurian data pribadi, Harun meminta masyarakat memperhatikan sejumlah hal. Pertama, jangan mudah percaya dengan informasi apa pun dan siapa pun sebelum memastikan itu valid.

“Yang pertama sih memang harus lebih aware, lebih hati-hati dalam berinteraksi. Jangan mudah percaya lalu selalu bicara verify, verify, verify. Jadi selalu memvalidasi undangan yang hadir secara elektronik apa pun channel-nya. Mau di email, WhatsApp atau apa pun itu bentuknya,” jelas Harun.

“Jangan mudah percaya dengan apa pun info yang ada di situ. Kadang-kadang ada info mengenai keluarga yang sakit, ada yang dapat promosi, hadiah segala macam, itu yang kadang-kadang men-trigger kita untuk melakukan pemberian data. Akhirnya terjadi pencurian data di situ,” sambungnya.

Terakhir, Harun juga mengimbau masyarakat untuk banyak membaca literasi digital. Dengan demikian, masyarakat pun lebih memahami bagaimana memproteksi diri saat berinteraksi di internet.

“Selain itu banyak membaca literasi untuk memperkaya diri sendiri tentang bagaimana memproteksi diri kita saat berinteraksi di internet lalu bagaimana kita aware terhadap teknik-teknik penipuan yg semakin berkembang, semakin canggih,” pungkasnya. [Antara]