RedaksiHarian – Fabio Quartararo akhirnya lebih memilih untuk bertahan dengan Yamaha setelah meneken kontrak baru berdurasi dua tahun yang membuatnya tetap berseragam biru hingga 2026.
Pembalap juara dunia asal Prancis itu tidak mengambil jalan yang sama dengan Marc Marquez untuk pindah ke pabrikan lain yang lebih menjanjikan, dalam hal ini Aprilia.
Padahal Aprilia baru saja membuktikan bahwa mereka merupakan salah satu penantang di posisi depan dengan raihan podium dan kemenangan sprint dari dua seri yang berjalan.
Quartararo sendiri memilih bertahan karena percaya dengan proyek baru Yamaha yang kini lebih merangkul budaya Eropa.
Langkah Quartararo ini bak mengamini pemikiran CEO Aprilia Racing, Massimo Rivola, bahwa jaminan teknis tetap yang utama dalam bursa pembalap.
“Kami bahagia dengan empat pembalap yang kami miliki tetapi sejujurnya kami juga tidak tidur,” ucap Massimo Rivola kepada Motorsport.com soal bursa pembalap MotoGP.
“Jadi kami perlu memeriksa sekeliling tentang situasinya dan kita akan melihatnya. Prioritasnya adalah memiliki motor yang lebih bagus, lalu posisi kami akan lebih kuat dalam bursa.”
Aprilia saat ini diperkuat Aleix Espargaro dan Maverick Vinales di tim pabrikan serta Miguel Oliveira dan Raul Fernandez di tim satelit yaitu Trackhouse Racing.
Espargaro dan Vinales telah memberi hasil dengan raihan podium dalam sprint, masing-masing pada MotoGP Qatar dan MotoGP Portugal.
Sementara itu Oliveira masih mengalami kesulitan walau mendapat motor pabrikan. Fernandez? Terdampar di dasar klasemen karena tanpa poin dan selalu gagal finis dalam balapan utama.
Seperti dilansir dari Crash.net, kursi tim pabrikan Aprilia masih bisa berubah karena Espargaro beberapa kali melempar ide untuk pensiun.
El Capitan menjadi rider tertua di MotoGP musim ini dengan usia 34 tahun dan bisa jadi untuk hanya mengambil kontrak satu tahun apabila bertahan.
Espargaro lebih berpeluang untuk pergi meski dengan keputusan sendiri semenjak Vinales masih haus akan hasil dengan kemenangan pada sprint GP Portugal menjadi bukti.
Menawarkan posisi di tim pabrikan memang akan menaikkan daya tawar Aprilia jika ingin mencari nama-nama jagoan sebagai rekrutan anyar.
Di samping Quartararo, Aprilia juga menunggu hasil perang saudara di skuad Ducati antara Enea Bastianini (Ducati) dan Jorge Martin (Aprilia) untuk 1 kursi di tim utama Borgo Panigale.
Sementara jika Aprilia ingin memperkuat identitas Italia mereka, plus sosok pemenang lomba di kelas para raja, Marco Bezzecchi (VR46) bisa menjadi opsi selain Bastianini.
Murid Valentino Rossi tersebut sejatinya menjadi buruan semasa masih di kelas Moto2 untuk musim 2021 tetapi menolak. Kebetulan, motor RS-GP belum mumpuni saat itu.
“Tentunya kami bisa mengandalkan pembalap Italia, apakah Enea atau yang lainnya sekarang masih terlalu awal,” ucap Rivola pada akhir tahun lalu, mengutip dari GPOne.
Calon pembalap Aprilia lainnya dalam silly season adalah Joe Roberts, pembalap Moto2 yang dulu juga menolak tawaran Aprilia seperti halnya Bezzecchi.
Bedanya, Roberts lebih dihubungkan dengan tim satelit Aprilia yakni Trackhouse Racing karena sama-sama berasal dari Amerika Serikat.
Dengan banyaknya opsi, bisa dimaklumi apabila Aprilia pada akhirnya tetap memilih bersabar dalam mengambil keputusan di bursa pembalap.
“Saya pikir kami akan mengambil waktu,” ucap Rivola melanjutkan interviunya dengan Motorsport pada awal artikel.
“Kami tidak terburu-buru. Saya tidak terobsesi untuk memilih pembalap. Saya lebih terobsesi untuk memiliki motor yang lebih baik,” tandasnya.