redaksiharian.com – Euforia Hari Raya Idul Fitri masih berlangsung bahkan setelah Lebaran usai. Sebagian umat Islam di Jawa memiliki tradisi Kupatan atau Syawalan yang masih merupakan rangkaian perayaan Hari Raya Idul Fitri.

Tradisi turun temurun tersebut masih berlangsung hingga saat ini di beberapa daerah di Jawa. Bahkan, perayaan Kupatan tidak kalah meriahnya dengan kemeriahan Lebaran.

Lantas, apa yang dimaksud dengan Kupatan atau Syawalan? Simak penjelasannya seperti dihimpun Kompas.com berikut ini.

Apa yang dimaksud dengan Kupatan ?

Ma’sumatun Ni’mah dalam Tradisi Islam di Nusantara (2019) menuliskan bahwa, tradisi Kupatan berasal dari kata kupat atau ketupat dalam bahasa Jawa, yang merupakan makanan khas dalam perayaan Hari Raya Idul Fitri. Bagi masyarakat Jawa, kupat bukan merupakan sekadar makanan khas Lebaran

Lebih dari itu, kupat dimaknai sebagai kependekan dari ngaku lepat atau mengaku bersalah.

“Artinya, pada Hari Raya Idul Fitri manusia harus berani mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada orang lain,” (Ni’mah, 2019: 12).

Oleh sebab itu, tradisi Kupatan bermakna filosofis bahwa umat Islam mengakui kesalahannya di hari yang fitri, serta saling memaafkan.

Sementara itu, Wildan Rijal Amin dalam Jurnal Kupatan, Tradisi Untuk Melestarikan Ajaran Bersedekah, Memperkuat Tali Silaturahmi, dan Memuliakan Tamu, mengatakan bahwa tradisi Kupatan merupakan salah satu bentuk warisan budaya leluhur yang sampai sekarang masih dilestarikan oleh masyarakat.

Umat Islam merayakan Kupatan usai berpuasa sunnah enam hari di bulan Syawal. Ajaran puasa enam hari di bulan Syawal ini merupakan bagian dari puasa sunnah yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Oleh sebab itu, di beberapa daerah tradisi ini juga dikenal dengan nama Syawalan karena dirayakan usai umat Islam melaksanakan puasa sunnah enam hari di bulan Syawal dalam kalender Hijriah.

“Kupatan adalah tradisi selametan kecil yang dilaksanakan pada hari ketujuh bulan syawal,” (Amin, 2017: 270).

Kapan Kupatan?

Kupatan biasanya dirayakan sepekan setelah Hari Raya Idul Fitri, atau bertepatan dengan 8 Syawal kalender Hijriah. Kupatan menjadi perayaan setelah umat Islam menjalankan puasa sunnah enam hari di bulan Syawal.

Apa kegiatan saat Kupatan?

Ada beragam kegiatan yang digelar saat perayaan Kupatan. Bentuk perayaan Kupatan tersebut berbeda-beda sesuai dengan tradisi daerah masing-masing.

Ma’sumatun Ni’mah dalam Tradisi Islam di Nusantara (2019) mengatakan, biasanya masyarakat akan berkumpul di masjid sembari menyantap makanan bersama-sama. Adapun, hidangan utamanya adalah kupat atau ketupat.

Sementara, Kupatan di Rembang, Jawa Tengah dirayakan secara meriah dalam sebuah event, seperti dikutip dari laman Kanwil Kemenag Jawa Tengah.

Kupatan di Rembang disemarakkan oleh ratusan pedagang yang datang dari berbagai kota. Adapun barang dagangan yang ditawarkan beragam, seperti bunga hias, gerabah, mainan, kuliner dan lainnya. Selain itu, Kupatan di Rembang diisi oleh hiburan musik.

Berbeda dengan Kupatan di Tuban yang dirayakan dengan memasak aneka hidangan. Mengutip laman Pemerintah Kabupaten Tuban, masyarakat setempat memasak ketupat, lengkap dengan opor ayam dan lauk pelengkap lainnya.

Biasanya, mereka akan membagikan masakan tersebut ke tetangga dan mengirim ke mushala terdekat untuk selamatan atau tahlilan.