redaksiharian.com – Penyakit langka yang ditimbulkan dari amoeba pemakan otak menyebabkan korban jiwa untuk pertama kalinya di Korea Selatan belum lama ini. Meski belum diketahui ada atau tidak di Indonesia, seberapa bahayakah makhluk ini?

Dikutip dari Indian Express, seorang pria berusia sekitar 50 tahun tewas setelah ia kembali dari Thailand pada 10 Desember 2022. Otoritas setempat melaporkan pria tersebut meninggal setelah 10 hari tiba di negaranya dan menunjukkan gejala infeksi yang jarang ditemukan namun efeknya fatal.

Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) menyimpulkan pria tersebut mengidap kasus Naegleria fowleri atau ” amoeba pemakan otak”.

Kronologi pria tersebut meninggal awalnya pada 11 Desember 2022, dia dibawa ke ruang gawat darurat karena merasakan sakit kepala, muntah, pegal di leher dan berbicara cadel. Pria itu dinyatakan meninggal pada 21 Desember, kemudian otoritas kesehatan Korea Selatan langsung menjalankan sejumlah tes untuk menentukan penyebab pasti kematiannya, yang disebabkan oleh Naegleria fowleri atau amoeba pemakan otak.

Lantas apa itu amoeba pemakan otak, bagaimana makhluk tersebut bisa menginfeksi manusia?

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, amoeba memiliki nama ilmiah Naegleria, ia adalah organisme bersel tunggal, dan hanya satu spesiesnya, yang disebut Naegleria fowleri , yang dapat menginfeksi manusia.

Penyakit ini pertama kali ditemukan di Australia pada tahun 1965 dan umumnya ditemukan di perairan air tawar yang hangat, seperti mata air panas, sungai, dan danau.

CDC menyebut amoeba bisa menginfeksi manusia dengan cara memasuki tubuh, yakni lewat hidung dan kemudian berjalan ke otak.

Kondisi tersebut memungkinkan terjadi ketika seseorang berenang, menyelam, atau bahkan mencelupkan kepala ke dalam air tawar.

Beberapa kasus menyebutkan, sebagian orang yang terinfeksi penyakit itu terjadi ketika mereka membersihkan lubang hidungnya dengan air yang terkontaminasi.

Ketika amoeba tersebut masuk ke otak, ia menghancurkan jaringan otak dan menyebabkan infeksi berbahaya yang dikenal sebagai meningoencephalitis amuba primer (PAM).

Gejala penyakit meningoencephalitis amuba primer (PAM)

CDC menyebutkan, orang yang pertama kali terjangkit PAM memunculkan sejumlah gejala dalam satu hingga 12 hari setelah terinfeksi.

Gejala awalnya, penyakit ini mungkin mirip dengan meningitis, yakni sakit kepala, mual, dan demam. Kemudian gejala selanjutnya, seseorang dapat menderita leher kaku, kejang, halusinasi, hingga koma.

Badan kesehatan masyarakat dari Amerika Serikat menyebut berdasar hasil pengamatannya, bahwa infeksi penyakit dari amoeba pemakan otak ini bisa menyebar dengan cepat dan rata-rata menyebabkan kematian dalam waktu sekira lima hari.

Catatan menunjukkan, dari 154 orang yang diketahui terinfeksi sejak tahun 1962 hingga 2021 di Amerika Serikat, hanya empat orang yang selamat.

Karena infeksi amoeba pemakan otak jarang terjadi dan berkembang dengan cepat, sejauh ini para ilmuwan belum dapat menemukan obat yang efektif. Saat ini, dokter biasanya mengobati pasien terinfeksi dengan kombinasi obat-obatan, antara lain amphotericin B, azithromycin, fluconazole, rifampisin, miltefosine, dan dexamethasone.***