RedaksiHarian – Yamaha makin lama makin ambyar di MotoGP sejak dua tahun terakhir.
Musim MotoGP 2023 lalu mungkin jadi musim terburuk pabrikan Iwata dalam 20 tahun terakhir setelah gagal merengkuh satu pun gelar juara di berbagai seri yang bergulir dari awal sampai akhir musim.
Jangankan untuk bersaing dalam perebutan gelar juara dunia, untuk menembus 10 besar atau bahkan 5 besar setiap balapan saja, kini Yamaha terlihat kesulitan.
Hasil-hasil terbaik sebagian besar disumbang oleh Fabio Quartararo.
Namun performa Juara Dunia 2021 itu dengan M1 yang masih memiliki kekurangan di sana-sini tetap belum bisa diandalkan. Sanga jauh untuk menyaingi Ducati sebagai raja di grid MotoGP sekarang ini.
Mengingat kontrak Quartararo yang akan habis pada akhir musim 2024, banyak teka-teki muncul tentang ke mana kah El Diablo akan melanjutkan kariernnya.
Mungkinkah bertahan di pabrikan berlogo garpu tala atau pindah ke kompetitor?
Banyak yang ragu Quartararo mau bertahan di Yamaha jika tim itu tak segera mampu memberikan motor yang bisa mendekati level Ducati dan tim-tim lainnya.
Namun, faktanya sejauh ini, belum ada tanda-tanda pembalap asal Prancis itu muak dengan tim yang telah dibelanya sejak debut di MotoGP pada 2019 silam.
Quaratararo justru mengindikasikan kesabaran dia untuk menunggu perubahan yang dijanjikan oleh Yamaha sendiri.
Termasuk usaha-usaha pabrikan Jepang itu dalam mengubah metode dan budaya kerja mereka yang konservatif menjadi agak lebih fleksibel dan menerima perkembangan dari Eropa.
Salah satu rekrutmen besar yang dilakukan Yamaha adalah dengan mendatangkan Massimo Bartolini, mantan Ininsyur Performa Mesin di Ducati sekaligus dikenal sebagai ahli ban.
Bartolini kini langsung diberi jabatan penting sebagai Direktur Teknis Yamaha.
Dia baru resmi bekerja di Yamaha pada 9 Januari 2024, sehingga masih sangat baru dan dapat dimaklumi jika hasil tes pramusim Yamaha di Sepang maupun Qatar kemarin belum terlalu impresif.
Namun yang paling penting, kehadiran Bartolini ternyata sudah membuat Quartararo tertarik dan mulai punya harapan lebih tinggi sekalipun efeknya belum terasa.
“Dulu, sebelum ini kami biasanya mengubah sesuatu sedikit demi sedikit. Tetapi sekarang kami sudah membuat perubahan besar.”
“Dia tentu masih butuh waktu untuk memahami motornya tetapi saya telah menyukai bagaimana dia bekerja. Itulah alasannya mengapa saya begitu termotivasi, karena saya merasa kami sedang bekerja di jalur yang benar dan saya harus tetap semangat karena tidak pernah menyenangkan jika tertinggal sampai lebih dari 0,6 detik dari seseorang,” tandasnya.
Quartararo juga menambahkan bahwa ketika dia hampir frustrasi dengan situasi dan kondisi di garasi Yamaha saat semuanya tidak berjalan sesuai ekspektasi, Quartararo melihat Bartolini hanya menertawainya.
Tawa Bartolini menyiratkan kemakluman dia melihat Quartararo dan Yamaha yang sedang sangat tertinggal. Tapi, disutulah kesabaran mereka semua diuji.
“Dia sangat tenang. Ketika saya masuk ke paddock dengan sangat marah, saya melihatnya dan dia tertawa, karena dia tahu kami tertinggal dalam banyak aspek.”
“Tapi, dia butuh waktu, kami semua butuh waktu. Saya pikir kami akan tiba (untuk bangkit) tapi tidak langsung sekarang,” ucapnya.