Aksi mogok pekerja Kereta Bawah Tanah London membuat jaringan transit ibu kota Inggris terhenti pada hari Jumat (19/8), sehari setelah berlangsungnya pemogokan nasional oleh staf layanan kereta.
Media-media di Inggris melaporkan, aksi serupa yang ditujukan untuk menuntut kenaikan gaji untuk mengimbangi kenaikan harga makanan dan energi yang melonjak, juga akan digelar pada hari Sabtu.
Tidak ada layanan kereta pada sebagian besar jalur Tube, sebutan untuk layanan kereta bawah tanah London. ”Ini akan menjadi hari yang sulit,” kata Nick Dent, direktur operasi Transport for London (TFL). “Kami menyarankan pelanggan untuk tidak bepergian dengan Tube sama sekali.”
Sehari sebelumnya, aksi mogok yang dimotori Serikat Pekerja Layanan Kereta, Maritim dan Transportasi (RMTU), membuat layanan kereta antarkota nyaris lumpuh. Ribuan petugas kebersihan kereta, pemberi sinyal, pekerja pemeliharaan dan staf lainnya meninggalkan tugas mereka hari itu. Hanya sekitar seperlima layanan kereta yang tersedia selama pemogokan 24 jam tersebut.
Serikat-serikat pekerja kereta menuduh pemerintah Konservatif Inggris mencegah perusahaan-perusahaan kereta yang dimiliki swasta tetapi diatur pemerintah secara ketat, membuat penawaran yang lebih baik. Pemerintah membantah ikut campur, tetapi mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan itu perlu memangkas biaya dan staf setelah dua tahun bertahan selama pandemi karena disokong pemerintah.
Menteri Transportasi Grant Shapps mengatakan kepada Times Radio, aksi mogok layanan kereta ini sulit diterima mengingat pemerintah telah mengeluarkan dana 19 miliar dolar untuk membuat kereta tetap beroperasi selama pandemi. “Hal berikutnya yang mereka lakukan malah mogok,” katanya.
Aksi mogok juga merembet ke sektor-sektor layanan publik lainnya. Para pekerja sampah di Edinburgh, Skotlandia, memulai pemogokan 11 hari pada hari Kamis.
Mereka memperingatkan bahwa sampah akan menumpuk di jalan-jalan saat turis berduyun-duyun datang ke kota itu untuk menghadiri acara Edinburgh Fringe dan festival-festival seni lainnya.
Inflasi Inggris mencapai level tertinggi baru dalam 40 tahun, dan pada bulan Juli tercatat 10,1 persen. Bank of England mengatakan inflasi dapat naik menjadi 13 persen di tengah resesi akhir tahun ini. Rata-rata biaya tagihan bahan bakar rumah tangga Inggris telah meningkat lebih dari 50persen sejauh ini pada tahun 2022 karena perang Rusia di Ukraina menekan pasokan minyak dan gas alam global. [ab/uh]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.