redaksiharian.com – Kim Yo Jong , adik perempuan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un , melontarkan peringatan terbaru setelah Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) sepakat memperkuat komitmen pertahanan dalam menghadapi ancaman Pyongyang. Kim Yo Jong menilai hal itu akan memicu ‘bahaya yang lebih serius’.

Seperti dilansir AFP, Sabtu (29/4/2023), Washington dan Seoul memperingatkan, pada pekan ini, bahwa Pyongyang akan menghadapi respons nuklir dan kepemimpinan Korut akan ‘berakhir’ jika rezim komunis itu menggunakan senjata nuklir terhadap kedua negara tersebut.

Peringatan itu disampaikan setelah Presiden Korsel Yoon Suk Yeol dan Presiden AS Joe Biden bertemu di Washington DC membahas sejumlah isu, termasuk Korut.

Dalam tanggapan pertama Pyongyang soal pertemuan kedua kepala negara itu, Kim Yo Jong menegaskan Korut tetap meyakini bahwa penangkal nuklirnya ‘harus disempurnakan lebih lanjut’.

“Semakin banyak musuh yang mati-matian menggelar latihan perang nuklir, dan semakin banyak aset nuklir yang mereka kerahkan ke sekitar Semenanjung Korea, akan semakin kuat kami mempraktikkan hak untuk mempertahankan diri,” tegas Kim Yo Jong seperti dilansir Korean Central News Agency (KCNA).

Yoon dan Biden, pada Rabu (26/4) waktu setempat, merilis kesepakatan yang disebut ‘Deklarasi Washington’ yang isinya memperkuat payung nuklir AS atas Korsel. Kesepakatan itu dicapai saat Seoul semakin mengkhawatirkan postur agresif Pyongyang.

Dituturkan seorang pejabat AS yang enggan disebut namanya kepada AFP bahwa kesepakatan itu akan mencakup ‘pengerahan aset-aset strategis secara rutin’, termasuk kunjungan pertama ke pelabuhan Korsel oleh sebuah kapal selam balistik nuklir dalam beberapa dekade terakhir.

Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

Kim Yo Jong, dalam pernyataannya, menyebut kesepakatan itu ‘hanya akan membawa perdamaian dan keamanan Asia Timur Laut dan dunia terpapar pada bahaya yang lebih serius, dan itu adalah tindakan yang tidak akan pernah diterima’.

Korut selama bertahun-tahun mengabaikan rentetan sanksi yang dijeratkan terhadapnya dan terus melanjutkan program nuklir juga rudal balistik yang dilarang. Tahun lalu, Pyongyang mendeklarasikan diri sebagai kekuatan nuklir yang ‘tidak bisa diubah’, yang secara efektif mengakhiri potensi perundingan denuklirisasi.

Korut menggelar serangkaian aktivitas peluncuran rudal balistik yang memecah rekor dan melanggar sanksi sepanjang tahun 2023 ini, termasuk menguji coba rudal balistik berbahan bakar solid pertama untuk negara terisolasi itu.

Di tengah situasi itu, AS dan Korsel meningkatkan kerja sama pertahanan dan menggelar latihan militer gabungan, termasuk dengan melibatkan jet siluman canggih dan aset-aset strategis AS yang terkenal.