redaksiharian.com – Warganet heboh karena video yang memperlihatkan arogansi pengendara mobil Fortuner di Jakarta Selatan pada Minggu, 12 Februari 2023. Pengguna Twitter, Ari Widianto, membagikan utas dan video yang memperlihatkan aksi pemilik mobil Fortuner tersebut.

Dalam video itu, pengguna Fortuner tampak turun dan langsung merusak bagian depan mobil lain. Diduga dia merusaknya dengan menggunakan senjata tajam. Tak hanya itu, pengguna Fortuner tersebut juga tampak menodongkan senapan air soft gun ke arah penumpang mobil.

“Tadi pagi sekira pkl 2.00, mobil saya dirusak oleh pengemudi Fortuner . Awal mulai mobil tsb melawan arah di depan office 8. Diberi dim tapi tidak mau minggir. Akhirnya mau minggir setelah mengeluarkan kata2 kasar. Mobil tsb lalu mengejar saya & merusak di depan apotek Potenza,” kata Ari melalui cuitannya.

Ari kemudian melaporkan kejadian itu ke Polres Metro Jakarta Selatan. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Trunoyudo membenarkan bahwa korban sudah melapor ke Polres Metro Jakarta Selatan.

“Kasus ini dalam proses pemeriksaan penyidik yang kemudian akan didalami proses penyelidikan lebih lanjut,” sebut Trunoyudo dikutip Pikiran-rakyat.com dari Antara.

Baca Juga: Polisi Wajibkan Pengendara Kendaraan Listrik Punya SIM, Termasuk Sepeda Listrik

Pakar safety driving, Jusri Pulibulu, berkomentar terkait seringnya pengemudi mobil SUV seperti Fortuner dan Pajero terlibat cekcok atau perkelahian dengan pengendara lain. Menurutnya, terdapat berbagai faktor yang mendorong pengemudi SUV sering berikap arogan di jalanan.

“Pemicu adalah macam-macam, ada eksternal dan internal. Eksternal misalnya adalah mobil, dimensi, harga, tapi yang internal itu dipicu karena lemahnya moralitas,” sebut Jusri Pulibulu.

Dari faktor eksternal, dimensi mobil SUV yang kokoh dan maskulin membuat pemiliknya merasa lebih eksklusif sehingga menuntut perlakuan berbeda dari pengguna jalanan yang lain.

“Begitu bawa SUV itu kesan gagah, tinggi besar, belum lagi kalau mahal, kalau bisa parkir di hotel minta khusus di depan,” kata Jusri Pulibulu.

Di sisi lain, secara internal, sikap arogan pengendara SUV terjadi akibat lemahnya aspek mental, pengetahuan, dan kesadaran penggunanya.

“Kalau saya melihat ini adalah bentuk-bentuk perilaku seseorang yang lemah dalam empati tadi, lemah dalam apa yang dia lakukan, lemah akan peraturan, ini semua adalah bentuk dari lack of (kurang) kesadaran,” tuturnya.

Faktor eksternal dan internal tersebut akan meledak jika pengguna SUV itu merasa bahwa ekslusivitasnya tidak diakomodasi pengguna jalan lain. Sikap arogansi pun akan ditunjukan secara terang-terangan untuk menunjukan eksistensi diri.

“Ketika pengecualian tidak diindahkan, para pelaku akan marah, marahnya akan bermacam-macam, terjadi konflik baik verbal ataupun nonverbal,” sebut Jusri Pulibulu.***