Persis di tengah kota Wina, Austria, Arthur Grimm Baeckerei telah membuat roti setiap hari sejak abad ke-16. Toko roti ini dimiliki keluarga Maderna sejak tahun 1960-an. Tetapi toko ini telah hadir sejak tahun 1536.

Ketika Andreas Maderna mengambil alih toko ini dari ayahnya pada tahun 2003, ia meluaskan bisnisnya dan membuka tiga cabang di Wina. Tetapi dengan inflasi yang mencapai tingkat tertinggi sejak 1975, ia mengalami kesulitan untuk melanjutkan bisnisnya. Inflasi Austria melonjak menjadi 8,7 persen pada bulan Juni, menurut biro Statistics Austria.

Maderna mengatakan,”Sekarang ini kami berada dalam situasi di mana jika saya menghitung harga hari ini, harga akan berubah pekan depan. Saya harus mendapatkan 10 email dari pemasok dalam sepekan untuk memprediksi kenaikan harga.”

Ia mencontohkan harga mentega pada November 2021 hanya kurang dari 4 euro sedangkan sekarang ini 8,40 euro. Maderna telah menaikkan harga dua kali pada tahun ini. Sebelumnya ia mengubah harga setiap dua tahun. Tetapi ia benar-benar kesulitan mengikuti laju inflasi.

Franz Sinabeli, ekonom senior di Austrian Institute of Economic Research (WIFO) yang berspesialisasi dalam bidang lingkungan, pertanian dan energi, mengatakan,”Kenaikan biaya hidup kini menjadi krisis kedua bagi usaha kecil karena mereka sebelumnya terpukul keras selama krisis corona.”

Meskipun dampak pandemi di Austria mengarah ke stabilisasi pada akhir 2021, bisnis kini terpukul lagi oleh kenaikan harga bahan baku serta tingginya biaya energi.

Masalah yang dihadapi Maderna bertambah karena kurangnya staf. Ia mengatakan tidak menemukan cukup banyak orang untuk menjual rotinya. Empat orang telah pensiun di perusahaannya dan ia kesulitan mencari pengganti mereka. Ia memiliki 18 staf sekarang ini, tetapi idealnya ia ingin merekrut 10 lagi, terutama untuk bidang penjualan.

Maderna mengatakan ia terpaksa menutup sementara satu cabang toko rotinya beberapa pekan silam dan mempersingkat jam operasi toko-toko lainnya. Jumlah lowongan pekerjaan di Austria mencapai rekor tertinggi sementara ekonomi tumbuh kuat, kembali ke level sebelum pandemi. Masalah kekurangan karyawan terjadi di berbagai penjuru negara itu, kata Sinabeli. Ia memperkirakan situasi ini akan memuncak dalam tiga atau empat tahun.

Perusahaan mengalami kesulitan besar merekrut karyawan berkualitas dalam bidang kerja yang upahnya tidak terlalu tinggi, lanjut Sinabeli.
Sementara warga berupaya mengatasi kenaikan harga, banyak yang telah mengubah kebiasaan belanja mereka.

Sabine Buettner mengatakan ia telah membuat berbagai pilihan dalam beberapa bulan ini. Ia memastikan diri untuk tidak berbelanja hal-hal yang tidak benar-benar ia perlukan.

Ia berbagi tip berhemat sambil berbuat baik untuk lingkungan. Ia menggunakan aplikasi ponsel Too Good To Go yang memerangi limbah makanan dengan menghubungkan konsumen dengan makanan yang tidak terjual di toko atau restoran. Dengan aplikasi itu ia tidak perlu membayar roti dengan harga normal. Selama kemungkinan ini eksis, kata Buettner, ia dengan senang hati melakukannya agar tetap dapat makan roti. [uh/ab]


Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.