redaksiharian.com – Menguapnya harta kekayaan pengusaha asal India, Gautam Adani , tengah menjadi sorotan banyak pihak. Bahkan, permasalahan ini telah disinggung langsung oleh Presiden RI, Joko Widodo ( Jokowi ).

Data Bloomberg Billionaire Index menunjukan, hingga Senin (6/2/2023) hari ini, harta kekayaan Adani ditaksir sebesar 60 miliar dollar AS atau setara Rp 894 triliun (asumsi kurs Rp 14.900 per dollar AS). Padahal, kurang dari dua pekan lalu Adani masih menjadi orang terkaya keempat dunia, dengan kekayaan sebesar 120 miliar dollar AS atau setara Rp 1.788 triliun.

Anjloknya harta kekayaan Adani tidak terlepas dari valuasi Grup Adani yang turun signifikan. Tercatat valuasi dari perusahaan yang bergerak di berbagai sektor itu telah tergerus lebih dari 110 miliar dollar AS.

Penurunan itu terjadi setelah perusahaan riset dan investasi, Hindenburg Research , mengeluarkan laporan berisi tuduhan terhadap Grup Adani pada 24 Januari lalu. Laporan itu berisikan berbagai tuduhan yang menyebutkan berbagai praktik kecurangan dilakukan Grup Adani.

Salah satu tuduhan yang menjadi sorotan investor ialah terkait aksi ‘manipulasi saham yang kurang ajar’. Disebutkan aksi manipulasi saham telah dilakukan selama puluhan tahun.

Grup Adani yang berada di luar India disebut mengirimkan uang ke unit-unit perusahaan yang tengah menjual saham. Ini dilakukan untuk membuat harga saham perusahaan tersebut melonjak.

Selain itu, Hindenburg juga mengungkap adanya praktik short selling atau penjualan saham untuk kemudian dibeli lagi dengan harga murah pada unit bisnis Grup Adani. Praktik ini dilakukan perusahaan melalui surat utang yang diperdagangkan di AS dan instrumen derivatif yang diperjualbelikan di luar India.

Bukan hanya manipulasi saham, laporan itu juga menyoroti kinerja keuangan perusahaan Grup Adani. Disebutkan, kondisi utang perusahaan dalam kondisi yang memprihatinkan.

Grup Adani juga dituduh melakukan penyelewengan terhadap kawasan bebas pajak seperti Mauritius dan Kepulauan Karibia. Anggota keluarga Adani disebut membuat entitas cangkang di negara-negara tersebut.

Berbagai tuduhan dibuat Hindenburg Research melalui riset selama dua tahun. Riset itu dilakukan dengan mereview ribuan dokumen serta wawancara bersama sejumlah mantan petinggi Grup Adani.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.