redaksiharian.com – Kendaraan listrik menjadi topik yang hangat diperbincangkan belakangan ini. Pasalnya, Indonesia kini tengah gencar dalam proses peralihan dari penggunaan kendaraan dengan mesin konvensional menjadi kendaraan listrik.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Bina Marga menjelaskan bahwa percepatan penggunaan kendaraan listrik juga merupakan upaya untuk mengatasi pencemaran udara.

Keterangan tersebut turut disampaikan langsung oleh Direktur Jenderal Bina Marga Hedy Rahadian. Ia mengatakan bahwa penggunaan kendaraan listrik akan membuat lingkungan terhindar dari polusi udara.

Selain itu, menurutnya kendaraan listrik juga akan mengurangi subsidi BBM yang jumlahnya terbilang cukup besar saat ini.

“Dengan membangun ekosistem kendaraan listrik, kita ingin jalan kita lebih sehat dan bebas polusi. Serta mengurangi subsidi BBM yang saat ini jumlahnya besar dan bersifat impor,” katanya, Senin, 12 Desember 2022.

Menurut Hedy, penggunaan kendaraan listrik dapat lebih menguntungkan bagi Tanah Air, khususnya secara ekonomi.

Pasalnya, kendaraan listrik menggunakan baterai yang berbahan baku nikel . Diketahui, salah satu produsen utama nikel adalah Indonesia.

Selain nikel , Presiden RI Joko Widodo ( Jokowi ) menjelaskan bahwa Indonesia memiliki hampir seluruh sumber daya untuk menciptakan ekosistem baterai bagi kendaraan listrik, yaitu, tembaga, bauksit dan timah.

Tak tanggung-tanggung, Indonesia memiliki sumber daya tersebut dalam jumlah yang besar.

Oleh karenanya, Jokowi sempat mengatakan bahwa sebanyak 60 persen kendaraan listrik di dunia akan bergantung pada ekosistem baterai yang sedang dibangun dan terintegrasi di Indonesia.

“Saya hitung berapa sih, 60 persen mobil listrik , kendaraan listrik, akan tergantung dari EV (Electric Vehicle) Battery kita. 60 persen dari pangsa pasar yang ada di dunia,” ujarnya.

Lebih lanjut, Jokowi menjelaskan bahwa Indonesia hanya kekurangan sumber daya litium. Maka dari itu, orang nomor satu di Tanah Air tersebut mengatakan jika Indonesia tertarik menjalin kerja sama dengan Australia untuk mendapatkan pasokan litium.

“Saya kemarin sudah sampaikan ke PM Albanese (PM Australia Anthony Albanese) Australia punya litium, kita boleh beli dong dari Australia. Terbuka silakan. Tapi ternyata dari kita sudah ada yang punya tambang di sana. Ini strategis, benar melakukan intervensi seperti itu,” ucapnya.

Nantinya, investasi pun akan berdatangan ke Tanah Air, jika ekosistem baterai kendaraan listrik sudah jadi.

“Mengintegrasikan ini sebuah barang yang tidak gampang, sehingga jadi sebuah ekosistem itu. Inilah yang terus, saya mati-matian ini harus jadi, karena inilah yang akan melompatkan kita meloncati, menuju ke peradaban yang lain,” katanya.

“(Investasi) akan berbondong-bondong masuk, karena industri otomotif ke depan baik itu sepeda motor listrik, baik itu mobil listrik , itu akan menggantikan (kendaraan konvensional),” tuturnya menambahkan.***