Pada tahun 2018, pemisahan keluarga di perbatasan Amerika dan Meksiko menjadi berita utama internasional setelah muncul rekaman video dari fasilitas penahanan federal AS yang memperlihatkan anak-anak yang berteriak memanggil orang tua mereka. Lima tahun berikutnya, beberapa keluarga belum bersatu kembali dan lainnya masih belum memiliki kepastian.

Hampir sekitar 5.000 keluarga terpisah di bawah sebuah program yang disebut sebagai kebijakan tanpa toleransi saat mengajukan aplikasi suaka di perbatasan AS-Meksiko. Kebijakan itu telah dicabut. Lima tahun sudah berlalu namun 180 anak-anak masih terpisah dari orang tua mereka. Mereka yang sudah bersatu dengan orang tuanya, juga masih hidup dalam ketidakpastian.

Lee Gelernt, pengacara terkemuka di American Civil Liberties Union, yang mewakili keluarga-keluarga yang menuntut pemerintah Amerika, mengatakan, “Dan poin terbesarnya, yang masih kami negosiasikan, apakah akan ada jalan bagi mereka untuk tetap tinggal di Amerika secara permanen? Kami berharap, pada akhirnya kami dapat memikirkan cara untuk memberi kesempatan yang adil bagi mereka untuk mengajukan permohonan untuk tinggal secara permanen. Kalau tidak, mereka akan dipulangkan ke tempat yang berbahaya atau orang tua mereka akan dipulangkan.”

Keluarga migran dari Kuba berlari melintasi perbatasan di dekat tembok yang memisahkan Amerika Serikat dan Meksiko, untuk menyerahkan diri kepada pihak berwenang di Yuma, Arizona, 13 Mei 2021. (RINGO CHIU / AFP)

Keluarga migran dari Kuba berlari melintasi perbatasan di dekat tembok yang memisahkan Amerika Serikat dan Meksiko, untuk menyerahkan diri kepada pihak berwenang di Yuma, Arizona, 13 Mei 2021. (RINGO CHIU / AFP)

Pemerintahan mantan presiden Amerika Donald Trump menyatakan tidak memberi toleransi bagi para imigran yang melewati perbatasan secara ilegal. Para orang tua didakwa atas tuduhan kejahatan dan dipenjarakan sedangkan anak-anak mereka dibawa pergi ke tempat terpisah. Kebijakan itu membuat ribuan keluarga terpisah dari anak-anak mereka.

Lee Gelernt menambahkan, “Kami mulai menerima telepon dari orang-orang di lapangan yang mengatakan, mereka berpikir anak-anak tersebut diambil dari orang tua mereka. Kami mulai melakukan investigasi. Kemudian hal itu menjadi jelas bahwa itulah yang benar-benar terjadi.”

Seperti ribuan migran lainnya, Luis dan putranya yang masih remaja meninggalkan Guatemala pada bulan Mei 2018 untuk menghindari geng-geng lokal, berjalan sejauh lebih dari 2.000 km menuju perbatasan Amerika-Meksiko. Mereka tiba pada saat diterapkannya kebijakan nol toleransi.

Putra Luis bergabung dengan ribuan anak-anak migran lainnya, beberapa di antaranya balita, yang ditahan di fasilitas penampungan. Melalui Skype, Luis, bukan nama sebenarnya, mengungkapkan, “Saya bertemu petugas patroli perbatasan yang menangkap saya dan putra saya. Mereka mengatakan, anak saya harus dipisahkan karena saya akan dibawa ke tempat tahanan bagi para kriminal.”

Petugas tersebut mengatakan, “Anda tidak dapat bertanya tentang apa pun. Jika Anda mengajukan pertanyaan, kami akan mengajukan lebih banyak tuntutan terhadap Anda.”

Lebih dari 20 gugatan telah diajukan oleh para migran yang terpisah dari keluarga mereka di perbatasan. Kebijakan tersebut memicu kemarahan bipartisan. Hal itu mendorong Presiden Trump pada waktu itu, untuk mengakhiri praktik tersebut.

Sebagian anak-anak berada di tempat penampungan. Yang lainnya dikirim ke kerabat jauh yang belum pernah mereka temui sebelumnya.

Setelah beberapa minggu menjabat, Presiden Joe Biden membentuk sebuah satuan tugas untuk menyatukan anak-anak yang terpisah dari keluarga mereka.

Pembicaraan telah dimulai untuk menyelesaikan beberapa dari 20 gugatan itu, namun pemerintahan Biden meninggalkan pembicaraan tersebut pada bulan November 2021. Kongres belum menyetujui RUU untuk membantu keluarga migran yang terpisah itu.

Para konservatif mengecam ide yang menawarkan pembayaran kepada keluarga-keluarga tersebut. Bulan November lalu, beberapa anggota partai Republik di Senat mendesak Presiden Biden untuk menghentikan kompensasi finansial apa pun. Mereka menyebut ide tersebut tidak masuk akal dan dapat mendorong lebih banyak orang melewati perbatasan Amerika Meksiko secara ilegal. [lj/uh]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.