Anggota parlemen India, pada Senin (18/7), mulai melakukan pemungutan suara untuk memilih presiden India berikutnya. Pemilihan itu kemungkinan akan dimenangkan oleh politikus perempuan dari Partai Bharatiya Janata (BJP), partai yang berkuasa di India, yang berasal dari kelompok etnis minoritas.

Pemilihan Draupadi Murmu sebagai presiden merupakan sebuah formalitas, karena Perdana Menteri India Narendra Modi menguasai cukup banyak kursi di parlemen federal maupun negara bagian untuk dapat mendorong kandidat yang disukainya. Ia juga kemungkinan akan mendapat dukungan dari partai-partai regional lainnya di majelis-majelis negara bagian.

Di India, presiden dipilih oleh sebuah lembaga pemilihan yang terdiri dari anggota parlemen di kedua majelis Parlemen dan anggota terpilih dari majelis-majelis legislatif di semua negara bagian. Sebagian besar peran presiden juga bersifat seremonial, namun posisinya bisa menjadi penting ketika terjadi ketidakpastian politik, seperti ketika tidak adanya partai politik yang memiliki suara mayoritas di parlemen, di mana kantor presiden mengambil alih kekuasaan yang lebih besar.

Pemungutan suara yang berlangsung pada Senin akan dihitung pada Selasa (19/7).

Partai Modi telah memproyeksikan Murmu sebagai pemimpin yang mewakili masyarakat adat yang miskin, yang biasanya kekurangan akses layanan kesehatan dan fasilitas pendidikan di desa-desa terpencil. Murmu, 64 tahun, berasal dari negara bagian Odisha di bagian timur dan sebelumnya menjabat gubernur negara bagian Jharkhand.

Jika terpilih, ia akan menjadi presiden pertama dari salah satu kelompok adat di India dan presiden perempuan kedua negara itu. Ia sendiri berasal dari etnis minoritas Santal.

Pesaing utama Murmu adalah mantan pemberontak BJP – kandidat yang diusung oleh pihak oposisi yang terbelah. Yashwant Sinha, 84 tahun, yang merupakan menteri keuangan India pada pemerintahan partai BJP periode 1998-2002. Ia keluar dari partai itu menyusul perbedaan pendapat dengan Modi dalam isu ekonomi pada 2018.

Pemenang pilpres ini akan menggantikan Ram Nath Kovind, pemimpin komunitas Dalit, yang berada di kasta terbawah sistem hierarki Hindu.

Kovind, 76 tahun, juga seorang rekan lama Rashtriya Swayamsevak Sangh, atau Korps Relawan Nasional, sebuah kelompok nasionalis Hindu yang telah lama dituduh memicu kebencian agama terhadap umat Islam. Ia menjadi presiden sejak 2017. [rd/em]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.