redaksiharian.com – NESABAMEDIA.COM – Coba anda bayangkan bahwa anda adalah seorang pengembang aplikasi dan diberikan sebuah pilihan. Anda bisa memilih sebuah toko aplikasi yang memiliki banyak sekali pengguna, namun para pengguna itu memiliki perangkat yang berbeda dalam jumlah yang banyak juga. Pilihan kedua, sebuah toko aplikasi dengan jumlah pengguna lebih sedikit, namun semuanya menggunakan model smartphone yang hampir mirip. Mana yang anda pilih?
Ini adalah masalah yang dihadapi oleh semua pengembang aplikasi ketika menciptakan sebuah aplikasi seluler, khususnya game mobile. Dan seperti yang anda perkirakan, pilihan yang kedua adalah yang lebih populer. Apple App Store dan Google Play Store memiliki fungsi yang sama, namun App Store beberapa kali mampu mengalahkan Play Store. Mengapa demikian?
Menciptakan sebuah aplikasi seluler yang baik membutuhkan waktu yang sangat lama, termasuk biaya dan upaya. Ada banyak sekali yang dipertaruhkan dan resiko aplikasi mengalami kegagalan karena persaingan yang sangat ketat.
Untuk meminimalisir resiko ini, pengembang aplikasi harus bisa memastikan bahwa aplikasi yang mereka buat akan layak dengan upaya dan menghasilkan keuntungan. Singkatnya mereka membutuhkan keandalan.
Ekosistem Android lebih beragam, namun lebih berantakan dan lebih sulit untuk dikerjakan. iOS di sisi lain lebih terkontrol, saling terikat dan terstandarisasi, yang memudahkan pengembang untuk mengetahui apa yang diharapkan oleh pengguna dan mengoptimalkan pengalaman aplikasi mereka.
Itu sebabnya aplikasi media sosial seperti Instagram, Snapchat dan TikTok bekerja sangat baik di iPhone dan perangkat Apple lainnya, tetapi memiliki lebih banyak masalah di perangkat Android. Hal yang sama berlaku juga untuk game mobile.
Di ekosistem iOS, pengembang memiliki ide yang lebih baik bagaimana pengguna akhir akan melihat dan berinteraksi dengan aplikasi mereka. Namun dalam ekosistem Android, mengingat jumlah produsen smartphone Android begitu berbeda, pada dasarnya sangat sulit untuk menerapkan hal semacam itu.
Terlebih, hampir produsen smartphone Android menerapkan skin khusus di perangkat mereka seperti Oxygen OS, OneUI, Color OS dan lainnya, yang membuatnya semakin menjadi lebih rumit.
Sederhananya, jika anda mengembangkan aplikasi Android, anda memiliki dua pilihan, yakni membuat aplikasi yang biasa-biasa saja yang berfungsi cukup baik di semua smartphone Android atau menginvestasikan lebih banyak waktu dan uang untuk memastikan aplikasi yang anda buat berfungsi dengan baik, setidaknya di beberapa perangkat Android.
Pernah menjadi jurnalis dan juga Social Media Manager di Merdeka.com selama lebih dari 2 tahun, sebelum akhirnya mengerjakan sejumlah proyek website yang dioptimasi dan dimonetisasi Google Adsense.
Kini sedang aktif dalam pembuatan konten Youtube dokumenter bertema sosial serta menjadi penulis konten untuk sejumlah website.