redaksiharian.com

    6SHARES

Anak Belajar/ Foto: Shutterstock

Dream – Hasil rapor di sekolah, nilai pelajaran seperti Matematika, Sains atau pelajaran lain seringkali jadi tolak ukur bagi kepintaran anak. Murid yang nilai rapornya kurang bagus dianggap tidak cerdas, padahal faktanya tak demikian.

Bisa jadi anak memiliki kecerdasan lain yang banyak orangtua lupa kalau spektrumnya begitu luas. Dokter Melia Yunita, MSc, spesialis anak mengingatkan para orangtua kalau anak selalu memiliki kelebihan masing-masing.

” Tanggung jawab Moms & Dads adalah galilah potensi sebanyak-banyaknya dan jangan melakukan judgment bahwa kecerdasan yang satu lebih baik dari kecerdasan lainnya. Ingat, kita hidup di jaman dan suasanya yang berbeda dengan kehidupan mereka kelak 15-20 tahun lagi,” ungkap dr. Melia dalam akun Instagramnya @dr.lia_pediatrics.

Menurut dr. Lia, setidaknya ada 7 kecerdasan yang bisa dimiliki oleh tiap anak. Penting bagi ayah dan bunda mengamati kecerdasan yang dimiliki anak dan memastikan tumbuh kembangnya baik sejak lahir. Apa saja jenis kecerdasan tersebut?

1. Kecerdasan linguistik

Si kecil yang mampu menggunakan berbagai pilihan kata, bisa mengartikan makna tersirat dari kalimat yang dibacanya, mampu menulis puisi dan berbicara dengan percaya diri. Kemampuan tersebut bisa jadi pertanda kalau anak memiliki potensi kecerdasan lingusitik.

2. Kecerdasan musikalSi kecil yang memiliki tipe kecerdasan ini sangat peka terhadap nada, irama dan ritme musik. Selain itu si kecil juga sangat percaya diri untuk tampil bernyanyi atau memainkan alat musik walaupun kadang masih terdengar salah.

© (Foto: Shutterstock)

3. Kecerdasan logikaIni adalah salah satu tipe kecerdasan yang mungkin diidamkan oleh hampir semua orangtua di dunia. Biasanya ditandai dengan tingginya ketertarikan si kecil pada angka dan perhitungan serta rasa penasaran terhadap berbagai fenomena pengetahuan.

4. Kecerdasan spasial

Si kecil dapat mengekspresikan diri dengan gambar-gambar atau karya visual yang unik. Pikiran mereka penuh dengan imajinasi dan hal-hal kreatif lain yang mungkin tidak terpikirkan oleh orang dewasa sekalipun.

5. Kecerdasan kinestetikJangan terburu-buru memberi label anak hiperaktif kalau si kecil tak bisa diam. Bisa saja hal itu adalah ekspresi dirinya, kelak si kecil akan menyukai kegiatan menari atau olahrga. Hal ini bisa jadi tanda kalau anak memiliki kecenderungan kecerdasan kinestetik.

6. Kecerdasan interpersonalKemampuan bersosialisasi anak dengan baik adalah bentuk kecerdasan interpersonal. Si kecil akan sangat senang berada di berbagai situasi sosial seperti sekolah, tempat les, maupun tempat bermain. Ia suka berada di tengah banyak orang dan berinteraksi.

7. Kecerdasan intrapersonalKecerdasan intrapersonal ditandai dengan kemampuan si kecil bisa memahami dirinya sendiri dengan baik. Ia juga dapat merasakan suasana hati orang lain walaupun cenderung pemalu. Si kecil biasanya memiliki empati yang tinggi.

Jadi, banyak sekali jenis kecerdasan dan jangan terpaku pada nilai-nilai akademik di sekolah. Kuncinya adalah kenali kemampuan dan kesukaan si kecil secara mendalam.

Tak Selalu Negatif, Anak Berulah Justru Picu Orangtua Banyak Belajar

Dream – Hadirnya anak di tengah keluarga, tentunya membutuhkan adaptasi yang luar biasa bagi ayah dan ibu yang sebelumnya hanya hidup berdua. Banyak perubahan yang terjadi, dan pastinya menjadi orangtua adalah proses belajar seumur hidup.

Ada kalanya anak bersikap sangat manis, tapi di waktu lain ia sangat berulah. Kadang membuat ayah dan ibu sangat emosi hingga suara meninggi tetapi jika anak-anak kita tidak pernah berperilaku buruk, kita akan menjadi orangtua yang tidak belajar.

” Perilaku buruk seorang anak membantu ayah dan ibu menjadi orangtua yang lebih baik. Juga memungkinkan orangtua menyesuaikan pola asuh,” kata Rachel Andrea, seorang psikolog keluarga.

Tak selalu buruk, saat anak berulah sebenarnya orangtua sedang belajar banyak hal. Bukan hanya belajar mendidik anak tapi juga memperbaiki diri karena ingin menjadi contoh yang baik. Berikut dampak anak positif anak berperilaku buruk.

1. Kesempatan untuk belajar dan memberi contoh” Ketika anak-anak saya bertengkar atau membalas arugmen saya, saya sering berhenti dan membimbing mereka melalui tanggapan yang lebih baik. Anak-anak yang kritis dapat belajar berbicara yang baik, anak-anak yang suka berdebat dapat belajar untuk patuh dengan argumentasi,” ujar Andrea.

Justru saat krisis dan konflik itulah anak melihat respons orangtua. Mereka lebih banyak belajar lewat contoh yang dilihatnya sehari-hari.

2. Orangtua tahu yang dibutuhkan anak

Perilaku buruk kadang mengkomunikasikan kebutuhan mendasar anak. Ketika perilaku mereka mengganggu, biasanya itu pertanda bahwa mereka membutuhkan lebih banyak perhatian.

” Bukan karena kurang perhatian, tapi level perhatian yang dibutuhkan anak saat bersikap buruk sebenarnya lebih tinggi. Sikap buruk dapat menandakan kekecewaan, frustrasi, atau ketakutan yang mendalam,” kata Andrea.

© Shutterstock

Pemberontakan anak mungkin tanda kita perlu mendekatkan lagi ke anak-anak. Sebagai orangtuanya, kitalah yang harus responsif, reaktif dan memvalidasi emosi yang dialami anak.

3. Bukan sekadar reputasi

Saat anak bersikap baik, memiliki prestasi, menuruti semua yang diberitahu orangtua, pastinya orangtua merasa bangga. Lalu bagaimana respons orangtua saat rapor anak jelek, kalah dalam pertandingan atau memberontak?

© Shutterstock

” Jangan menjadi orangtua sombong yang lebih mengkhawatirkan reputasi daripada membentuk karakter anak. Justru di titik terendah anak, ia sangat membutuhkan orangtuaya, dukungan apapun itu bentuknya harus diberikan. Cobalah belajar peka dengan kebutuhan anak,” ujar Andrea.

Sumber: Imom