redaksiharian.com – NESABAMEDIA.COM – Untuk pertama kalinya dalam riset antariksa, para ilmuwan di Caltech mendeteksi adanya sebuah kilatan cahaya yang sangat masif. Diduga, cahaya yang mereka tangkap itu merupakan imbas dari dua Black Hole raksasa yang saling bertabrakan, dan kemudian membentuk sebuah Lubang Hitam yang baru.
Pada umumnya, peristiwa tabrakan dua Black Hole tidak akan menghasilkan kilatan cahaya seperti itu. Namun peristiwa itu menjadi sangat langka, karena cahaya bisa muncul akibat keberadaan Lubang Hitam lain yang tak jauh dari lokasi tabrakan. Sehingga hasil tabrakan bisa teriluminasi dan tertangkap pengamatan para ilmuwan.
Penemuan bersejarah dalam dunia astronomi atas penggabungan dua Black Hole ini pun akhirnya dipublikasikan dalam jurnal resmi Physical Review Letters.
Fenomena ini pertama kali terdeteksi oleh para ilmuwan pada Mei 2019 silam, dan kemudian diberi kode S190521g. Peristiwa tabrakan kedua Lubang Hitam itu diperkirakan terjadi pada jarak 4 miliar tahun cahaya dari Bumi. Juga lokasinya tidak jauh dari Lubang Hitam raksasa dengan kode J1249+3449. Objek tersebut diprediksi memiliki ukuran 100 juta kali lebih besar daripada pusat tata surya kita, Matahari. Diameternya saja ukurannya sebesar orbit Bumi terhadap Matahari.
Sementara itu ukuran kedua Black Hole yang mengalami tabrakan diperkirakan 150 kali lebih besar dari Matahari. Objek-objek ruang angkasa terjebak di sekitar medan magnet kedua Lubang Hitam itu. Pusaran bintang, debu, gas hingga secercah cahaya pun secara perlahan tersedot masuk ke inti Lubang Hitam.
Kemudian saat peristiwa tabrakan terjadi, efek radius ledakannya melemparkan material ruang angkasa dengan kecepatan 700 ribu kilometer per jam. Tabrakan itu juga memicu pembakaran gas yang ada di sekitar Black Hole. Menciptakan cahaya dengan intensitas miliaran lebih terang dari cahaya Matahari.
Ledakan dan juga gaya yang tercipta dari proses tabrakan, mampu ditangkap dengan baik oleh LIGO, sebuah observatorium gelombang gravitasi. Gelombang yang tertangkap itu lantas memicu sistem alarm yang ada pada teleskop, untuk kemudian memungkinkan atau tidak dilakukan pengamatan dari Bumi.
Tiga puluh empat hari sejak alarm itu berbunyi, barulah para ilmuwan di Fasilitas Zwicky Transient di California bisa mendapatkan gambaran cahaya tersebut. Pada akhirnya peristiwa ini pun bisa dijadikan rujukan, bahwa sebenarnya Black Hole bisa diamati dengan cara menangkap cahaya atau materi dari obyek yang ada di sekitarnya.
EDITOR: MUCHAMMAD ZAKARIA
Pernah menjadi jurnalis dan juga Social Media Manager di Merdeka.com selama lebih dari 2 tahun, sebelum akhirnya mengerjakan sejumlah proyek website yang dioptimasi dan dimonetisasi Google Adsense.
Kini sedang aktif dalam pembuatan konten Youtube dokumenter bertema sosial serta menjadi penulis konten untuk sejumlah website.