redaksiharian.com – Investor kripto harus lebih berhati-hati. Pasalnya, saat ini marak terjadi penipuan (scam) dengan skema “Pig Butchering”.
Pig Butchering scam adalah penipuan dengan metode rekayasa sosial di dunia kripto (cryptocurrency), di mana seorang investor bakal diiming-imingi keuntungan berlipat dari investasi kripto yang ditanamkannya.
Istilah Pig Butchering bisa diartikan secara harfiah dalam bahasa Indonesia sebagai “penyembelihan babi” atau “potong babi”.
Pig Butchering sebenarnya adalah istilah peternakan, dengan teknik penggemukan babi sebelum disembelih. Dalam kasus penipuan kripto, korban ibarat “digemukkan” terlebih dahulu sebelum dipotong atau dikuras uangnya.
Digemukkan di sini maksudnya adalah korban yang merupakan investor kripto, biasanya dibuat merasa sudah memiliki keuntungan yang besar dari uang yang dikeluarkan untuk investasi kripto lewat platform palsu yang diberikan oleh sang penipu.
Karena merasa untung besar, korban bakal diarahkan untuk berinvestasi lebih banyak, tentunya dengan janji manis mendapatkan keuntungan berlipat.
Namun, pada satu titik, investor tersebut bakal “disembelih” alias ditipu habis-habisan, mungkin ketika penipu tadi sudah mendapatkan apa yang diinginkan.
Kasus Pig Butchering scam alias penipuan potong babi sudah terjadi beberapa kali di berbagai negara dan ratusan orang dilaporkan sudah menjadi korban. Korban penipuan potong babi ini bahkan sampai merugi hingga miliaran rupiah.
Kisah penipuan Pig Butchering dengan korban asal Indonesia, dengan kerugian mencapai Rp 500-an juta, bisa disimak di artikel berikut ini.
Cara penipu Pig Butchering beraksi
Penipuan potong babi ini tidak hanya sangat terorganisir tetapi juga sistematis. Agar lebih waspada, kenali cara kerja Pig Butchering scam berikut ini, sebagaimana dihimpun dari ProPublika, Senin (10/10/2022):
1. Membuat identitas palsu yang tampak meyakinkan
Penipu dengan skema Pig Butchering paling sering memulai aksinya dengan membuat identitas online palsu.
Biasanya, mereka membangun persona sebagai orang dengan hidup glamor dan memiliki banyak foto yang memikat.
2. Memulai kontak dengan target
Begitu memiliki profil online palsu, penipu mulai mengirim pesan ke orang-orang di situs kencan atau jejaring sosial.
Biasanya penipu mungkin menggunakan WhatsApp atau layanan perpesanan lain dan berpura-pura menemukan “nomor yang salah” saat mereka menghubungi target.
3. Mendapatkan kepercayaan dari target
Langkah selanjutnya adalah memulai percakapan dengan calon korban untuk mendapatkan kepercayaan mereka.
Para penipu ini sering memulai obrolan yang ramah tentang kehidupan, keluarga, dan pekerjaan.
Tujuan adalah mengumpulkan informasi tentang kehidupan target yang nantinya dapat digunakan untuk memanipulasi target.
Penipu biasanya akan mengarang detail tentang kehidupan mereka sehingga membuat “nasib” mereka tampak mirip dengan korban. Biasanya, orang bakal lebih dekat dengan seseorang yang dirasa “senasib” dengannya.
4. Ajak target investasi kripto
Selanjutnya, scammer alias penipu bakal mendiskusikan soal investasi kripto. Penipu akan membuat klaim tentang keberhasilan investasi kripto mereka sendiri.
Misalnya dengan membagikan tangkapan layar dari akun investasi kripto dengan angka yang fantastis kepada target.
Penipu akan meyakinkan target untuk membuka akun investasi di platform yang sama dengan penipu.
Tentunya platform platform pertukaran atau pasar cryptocurrency palsu dan sudah disiapkan penipu untuk melancarkan aksinya.
Setelah berhasil dibujuk untuk investasi kripto, korban bakal dibuat percaya seolah-olah investasinya itu mendatangkan keuntungan.
Caranya, korban bakal mengunjungi platform investasi palsu tersebut dan melihat bahwa investasinya telah mendatangkan keuntungan besar.
5. Membuktikan bahwa investasi kripto sah
Pada satu titik, korban bakal ingin menarik investasinya. Penipu akan membiarkan korban menarik investasinya sekali atau dua kali untuk meyakinkan korban bahwa investasi sah, dapat dipercaya, dan dapat ditarik kapan saja.
Setelah percaya, korban dibujuk untuk menginvestasikan uang lebih banyak lagi lewat platform itu dan menahan uangnya sampai keuntungan lebih besar lagi.
Penipu bakal mengeksploitasi emosional korban dan memberikan jaminan bahwa investasi tersebut bebas risiko. Sehingga mendorong target untuk untuk mengambil pinjaman, melikuidasi tabungan pensiun, bahkan menggadaikan rumah.
6. Putuskan hubungan dengan korban
Begitu target mencapai batas dan menjadi tidak mau menyetor lebih banyak dana, penipu biasanya bakal memutus hubungan pertemanan, percintaan, hingga komunikasi dengan korban.
Sehingga korban tidak bisa meminta penarikan uang yang sudah diinvestasikannya. Atau skenario lainnya, investasi korban dibuat seolah-olah merugi besar sehingga seluruh uang yang diinvestasikan raib. Padahal, uang yang diinvestasikan korban sudah masuk ke rekening si penipu.
Penipu juga tak jarang memanipulasi korban dengan mengatakan bereka memiliki solusi potensial untuk kembali mendapatkan uang korban yang hilang.
Di sini, penipu akan meminta korban memberikan sejumlah uang lagi dengan alasan untuk menyelesaikan membayar pajak penghasilan terlebih dahulu, biaya pemrosesan tambahan, biaya transaksi internasional, demi bisa mendapatkan kembali uang korban.
Namun, setelah semua uang yang dikeluarkan dan janji penipu untuk mendapatkan uang yang hilang, korban tidak pernah mendapatkan uang investasinya kembali.
Setelah kobran menyadari bahwa dirinya telah ditipu, para penipu sering menghina atau mengejek korban. Selanjutnya, penipu bakal menghilang dan platform investasi palsu yang dipakai dalam aksi ini bakal berhenti bekerja.
Scammer alias penipu, bakal meluncurkan platform pertukaran atau pasar cryptocurrency palsu baru di bawah URL yang berbeda dan memulai dari awal lagi penipuan dengan skema Pig Butchering kepada target lain.
Itulah cara kerja Pig Butchering scam secara umum yang perlu diperhatikan investor kripto agar tidak menjadi korban penipuan potong babi.