redaksiharian.com – Logo Google tampil dengan desain doodle yang spesial hari ini, Rabu (14/9/2022).
Apabila mengakses URL Google.com dan Google.co.id, Anda akan “disapa” dengan ilustrasi sosok wanita berkacamata dan berkerudung. Wanita itu tampak sedang memegang sebuah mikrofon yang menyerupai huruf “O” pada kata “Google”. Ada pula beberapa carik kertas yang menghiasi di latar belakang.
Sosok wanita itu berdiri di depan kelompok wanita muslimah lainnya, layaknya pemimpin, dengan ekspresi yang sumringah.
Dia adalah Hajjah Rangkayo Rasuna Said, sosok wanita pejuang kemerdekaan yang vokal menyuarakan adanya persamaan hak antara pria dan wanita, terutama di masalah pendidikan.
Gagasan-gagasannya itu disampaikan lewat tulisan-tulisannya yang tajam. Rasuna “ditakuti” oleh Belanda dan sempat dipenjara karena pemikiran dan keberaniannya.
Nah, Google Doodle hari ini spesial dipersembahkan untuk memperingati Hari Ulang Tahun ke-112 Hajjah Rangkayo Rasuna Said.
Rasuna Said si perempuan berpendidikan
Rasuna lahir dari keluarga terpandang. Ayahnya, Haji Muhammad Said, adalah seorang tokoh pergerakan di Sumatera Barat sekaligus pengusaha sukses.
Sebagai putri dari keturunan bangsawan, Rasuna memiliki “privilege” untuk bisa mengenyam pendidikan dasar di sekolah Belanda.
Namun, kala itu dia memilih sekolah agama di desa yang tak jauh dari rumah selama 1916-1921. Setelahnya, dia melanjutkan pendidikan ke Pesantren Ar-Rasyidiyah. Rasuna menjadi satu-satunya santri perempuan di sekolah tersebut.
Dua tahun berselang, Rasuna masuk Sekolah Diniyah Putri, sebuah pondok pesantren modern khusus putri di Padang Panjang. Sekolah itu didirikan oleh Rahmah El Yunusiah.
Kala itu, popularitas Rasuna jauh di atas Rahmah. Dia digandrungi oleh banyak pelajar Diniyah Putri.
Namun, karena perbedaan gagasan, Rasuna menarik diri dari pesantren tersebut pada 1930. Ketika itu, Rasuna berpandangan bahwa kemajuan perempuan tidak hanya didapat dari mendirikan sekolah, tetapi juga disertai perjuangan politik.
Lepas dari Diniyah Putri, Rasuna belajar secara pribadi ke tokoh-tokoh intelektual Minangkabau.
Salah satunya adalah Haji Abdul Karim Amarullah atau Haji Rasul, seorang pendiri Sekolah Thawalib di Padang Panjang. Sekolah tersebut merupakan sekolah Islam modern pertama di Indonesia.
Dari Haji Rasul, Rasuna banyak belajar tentang perjuangan dan perlawanan. Pemikirannya pun semakin terbuka.
Masuk politik dan memulai perjuangan
Perjalanan politik dan perjuangan Rasuna Said dimulai pada 1926. Saat itu, Rasuna berkecimpung di organisasi Sarekat Rakyat (SR) sebagai sekretaris cabang Maninjau.
Lalu pada 1930, Rasuna juga bergabung dalam Soematra Thawalib dan turut mendirikan Persatuan Muslimin (Permi) di Bukittingi. Karena kecakapannya dalam berpidato dan berdebat, Rasuna ditunjuk untuk memberikan kursus bagi anggota Permi.
Rosihan Anwar dalam buku “Sejarah Kecil Petite Historie Indonesia”, menuliskan bahwa Rasuna dijuluki sebagai Singa Minangkabau karena kepiawaiannya berpidato.
Isi pidatonya disebut “galak”, sehingga membuat Belanda khawatir akan ketentraman umum di Sumatera Barat, tanah kelahiran Rasuna.
Pada 1935, Rasuna menjadi pemimpin redaksi di sebuah majalah, Raya. Dia dikenal dengan tulisan-tulisannya yang tajam. Majalah Raya dikenal radikal, bahkan menjadi tonggak perlawanan di Sumatera Barat.
Selain berpolitik, Rasuna juga berkecimpung di dunia pendidikan, terutama pendirian sekolah. Dia disebut aktif mendirikan Sekolah Thawalib kelas rendah, Sekolah Thawalib Putri, kursus pemberantasan buta huruf, dan kursus putri di Bukittingi.
Tahun 1937, Rasuna juga mendirikan lembaga pendidikan khusus perempuan bernama Perguruan Putri di Medan, Sumatera Utara.
Karena keberaniannya dan pemikirannya yang progresif, Rasuna pernah dijatuhi hukum “speek delict” oleh kolonial Belanda. Dia menjadi perempuan pertama yang dikenai hukuman tersebut karena berbicara menentang Belanda.
Tahun 1932 Rasuna sempat ditangkap Belanda bersama teman seperjuangannya, Rasimah Ismail. Mereka dipenjara di Semarang, Jawa Tengah. Setelah bebas, Rasuna sempat meneruskan pendidikannya di Islamic College.
Kisah pasca-kemerdekaan
Misalnya, Rasuna terlibat dalam Panitia Pembentukan Dewan Perwakilan Nagari yang pada 1946 melahirkan Dewan Perwakilan Sumatera. Dia juga bergabung dengan Komite Nasional Indonesia Daerah Sumatera Barat (KNID-SB).
Tahun 1949, Rasuna berhasil duduk di kursi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia Serikat (RIS). Pasca-pembubaran RIS, dia terpilih sebagai Dewan Perwakilan Rakyat Sementara.
Tak sampai di situ, Rasuna juga tampil menjadi orang penting di era Pemerintahan Presiden Seokarno. Karier politik Rasuna kian moncer ketika Bapak Proklamator Indonesia menunjuknya sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung. Rasuna dipercaya menjadi penasihat pemerintah.
Di tengah kesibukannya itu, Rasuna masih aktif dalam organisasi Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari) sebagai salah satu pimpinan.
Diberi gelar pahlawan nasional
Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959, dia menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung sampai akhir hidupnya.
Hajjah Rangkayo Rasuna Said wafat pada 2 November 1965 di Jakarta akibat sakit kanker darah.
Atas jasanya, Presiden Soeharto menerbitkan surat Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 084/TK/Tahun 1974 dan menobatkan Rasuna sebagai Pahlawan Nasional pada 13 Desember 1974.
Selain diberikan gelar pahlawan nasional, nama Rasuna Said juga dijadikan sebagai nama jalan protokol di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, serta di daerah asalnya, Padang, Sumatera Barat.