redaksiharian.com – Dalam mengelola dan melacak operasional penjualan suatu produk, para pelaku bisnis rantai pasokan (supply chain) terbiasa menggunakan cara manual dengan mencatatnya dalam sebuah dokumen.
Sayangnya, dengan banyaknya dokumen yang harus dikelola secara manual oleh para pebisnis tersebut mengakibatkan habisnya banyak waktu mereka hanya untuk pekerjaan rutin, bukan untuk sesuatu yang bersifat strategis.
Pada era transformasi digital seperti saat ini, mengandalkan teknologi SaaS (Software as a Service) tentunya bisa menjadi pilihan tepat bagi para pelaku bisnis untuk mengatasi tantangan tersebut.
Berbicara mengenai SaaS, di Indonesia sendiri sudah ada startup yang fokus membantu para pelaku bisnis ini, bernama Advotics. Singkatnya, Advotics adalah startup offline-to-online analytics yang bertujuan mendigitalkan lokasi kerja, penjualan barang, serta aktivitas distribusi dari sebuah perusahaan.
“Solusi Advotics dapat membantu business operations pada suatu perusahaan untuk mendigitalkan proses yang sifatnya offline menjadi online,” ujar Venny Septiani, Head of Growth, Advotics.
Sebagai contoh, solusi Advotics mampu mengubah data dari aktivitas perdagangan dan pekerjaan offline di lapangan menjadi data berguna yang bisa membantu tim manajemen dalam membuat keputusan bisnis penting seperti penetrasi penjualan, produktivitas, dan strategi penjualan.
Hadirkan Terobosan Baru
“Kurang lebih, Advotics sudah dua tahun beroperasi. Nama Advotics sendiri ‘advo’-nya itu dari ‘advocate’ dan ‘tics’-nya dari ‘analytics’,” cetus Venny.
Advotics sendiri didirikan oleh tiga engineer yang memiliki latar belakang dan pengalaman yang mendalam di bidang industri dan teknologi. Mereka adalah Boris Sanjaya (CEO), Hendi Chandi (CTO), dan Jeffry William Tani (CPO).
Untuk model bisnisnya sendiri, Venny mengungkapkan bahwa Advotics menggunakan bisnis model B2B (business-to-business). Untuk dapat menggunakan solusi dari Advotics, setiap perusahaan/klien hanya perlu membayar biaya berlangganan sesuai dengan jumlah pengguna.
“Untuk setiap solusi, kami kenakan biaya ke klien itu bulanan. Akan tetapi, untuk kontrak kerja samanya itu biasanya minimum satu tahun,” ucap Venny.
Saat ini, beberapa solusi utama yang ditawarkan oleh Advotics yakni Workforce Management Platform: Advowork, B2B CRM: ARM (Advocate Relationship Management), dan Product Digitalization Management (AdvoPDM).
Venny menjelaskan bahwa pada awalnya Advotics hanya berangkat dari salah satu solusi di mana solusi tersebut adalah terobosan baru dalam mendigitalkan produk melalui penggunaan identitas unik (Kode QR) yang dicetak di kemasan produk.
Salah satu manfaat kode QR itu adalah mampu membantu perusahaan melacak keberadaan produk mulai dari distributor pertama hingga ke tangan konsumen, serta melindunginya dari pemalsuan produk.
Dalam kurun 24 bulan terakhir, Advotics mengklaim telah berhasil mengimplementasikan solusi kode QR ke lebih dari 100 juta unit produk. Sedangkan bagi bisnis distribusi, Advotics berhasil meningkatkan produktivitas para karyawan sales, yang berakibat pada meningkatnya kunjungan ke toko ritel setiap harinya sebesar 49%.
Meski solusi yang ditawarkan Advotics beragam, pada dasarnya perusahaan dapat mengimplementasikan solusi yang sesuai dengan kebutuhan mereka, baik berupa solusi digitalisasi yang menyeluruh atau hanya modul-modul tertentu saja.
“Dalam implementasi, klien mulai dari produk yang mana itu biasanya sesuai dengan range point dan sesuaidengan distribusi mereka masing-masing juga. Apalagi, histori satu perusahaan dengan yang lainnya itu juga berbeda-beda, sehingga efeknya jaringan sales dan distribusi antara satu perusahaan dengan yang lain itu enggak 100% sama,” terang Venny.
Meski demikian, Venny mengakui bahwa saat ini sudah ada pula klien yang ketika berkonsultasi untuk mengimplementasikan solusi dari Advotics, langsung setuju untuk menggunakan seluruh solusi yang mereka tawarkan.
Lebih lanjut soal fitur, Advotics menyediakan fitur yang mereka klaim sangat diminati oleh para perusahaan saat ini. Fitur tersebut seperti aplikasi produktivitas untuk memantau pekerja di dalam toko dengan sistem pelacakan geografis, sistem pengaturan rute dan pengiriman barang, sistem pemasaran offline-to-online, platform perdagangan Business-to-Business (B2B), serta dasbor analitik & business intelligence untuk tim manajemen.
Dengan berbagai solusi yang ditawarkan, startup ini pun optimis bisa memenuhi kebutuhan berbagai perusahaan yang ada saat ini mulai dari segmen enterprise hingga Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Tercatat, hingga saat ini klien Advotics masih berasal dari perusahaan berskala besar dan menengahyang berada di wilayah Jabodetabek. Hal ini tidak mengherankan, mengingat perusahaan-perusahaan skala tersebut memang umumnya menaruh kantor pusat mereka di wilayah Jabodetabek.
Beberapa perusahaan tersebut di antaranya yaitu ExxonMobil, HM Sampoerna, Danone, Mulia Group, Saint Gobain, Nutrifood, Indosurya, Pasific Paint, Rucika, dan Motul.
Raih Pendanaan Fantastis
Untuk semakin mengembangkan bisnisnya, pada Mei lalu Advotics mengumumkan bahwa mereka telah meraih pendanaan tahap awal (seed funding) senilai Rp39 miliar (US$2,7 juta) yang dipimpin oleh East Ventures.
Dana segar tersebut rencananya akan dimanfaatkan Advotics untuk mengembangkan teknologi dan solusi untuk pelanggan, serta mempercepat pertumbuhan pengguna. Selain itu, nantinya pendanaan juga akan digunakan untuk menambah sumber daya manusia (SDM).
Terkait SDM, Venny mengatakan bahwa saat ini Advotics memiliki lebih dari 70 karyawan. “Sekitar 65% atau 40 karyawan itu di posisi IT. Karena core bisnis kami teknologi, tentunya ini adalah bagian penting dan karena kami juga ingin memberikan solusi teknologi yang terbaik,” pungkasnya.