redaksiharian.com

    14SHARES

Foto: NextShark

Dream – Dunia astronomi memang memiliki daya tarik yang luar biasa bagi anak-anak. Kehidupan di ruang angkasa juga selalu memancing rasa penasaran. Beberapa anak bahkan sampai terobsesi dan bercita-cita menjadi astronot.

Mungkin itulah yang dialami Yan Hongsen, bocah 9 Tahun asal China. Kesukaannya pada dunia ruang angkasa terbukti dalam videonya yang viral di Weibo, media sosial yang populer di China beberapa waktu lalu.

© Weibo

Dalam video tersebut Hongsen sedang berkunjung ke planetarium di Lhasa, Tibet. Saat itu sedang diputar video yang berisi soal roket. Tampak video menunjukkan roket yang meluncur bernama, Long March 5.

Hongsen rupanya langsung mengoreksi nama roket tersebut, menurutnya roket tersebut adalah Long March 3. Petugas planetarium pun berusaha memeriksa dan ternyata koreksi Hongsen tepat.

Pihak planetarium langsung memperbaiki kesalahan nama roket tersebut dan berterima kasih kepada Hongsen. Video tersebut tentu saja membuat banyak orang terkesima dengan pengetahuannya soal roket dan antariksa.

Menurut ayahnya, Hongsen sangat menyukai dunia luar angkasa sejak berusia 4 tahun. Kesukaannya muncul setelah ia menonton video ” Peluncuran Satelit Penginderaan Jauh Venezuela-2 di Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan” .

Lihat video Yan Hongsen

Di rumah, ruang tamu mereka bahkan ditata seperti observatorium, orangtuanya membelikan banyak buka seputar astronomi buku, dan sering membawanya ke museum dan planetarium.

Hongsen menurut sang ayah, dilaporkan telah mengunjungi 22 planetarium dan museum sains di seluruh China. Tak heran pengetahuannya seputar astronomi begitu banyak. Video Hongsen yang viral bisa dilihat di sini.

Sumber: NextShark

Dorong Lebih Banyak Pasangan Punya Anak, Korsel Siapkan Tunjangan Rp11 juta Per Bulan

Dream – Korea Selatan hingga kini masih memegang rekor tingkat kelahiran terendah di dunia. Para pasangan suami istri di Korsel cenderung hanya ingin memiliki satu anak, sementara pasangan muda di negeri ginsen itu makin enggan untuk menikah.

Hal tersebut jika terus terjadi tentunya mengancam regenerasi di Korsel. Pemerintah setempat pun turun tangan dan membuat kebijakan anggaran tunjangan untuk anak. Tunjangan yang dijanjikan oleh Presiden Yoon Seok-yeol adalah 1 juta won per bulan atau sekitar Rp11,1 juta untuk bayi yang lahir.

© MEN

Yoon menyebut tingkat kelahiran dan prospek demografi yang rendah di negara itu sebagai “ bencana” nasional. Pemberian tunjangan tersebut akan dimulai pada 2023 dengan angka 700.000 won atau sekitar Rp7,6 juta dan angkanya akan terus meningkat hingga 2024. Ketika anak berusia satu tahun, tunjangan akan dikurangi setengahnya dan berlanjut selama satu tahun lagi.

Korea Selatan memecahkan rekornya sendiri tentang tingkat kelahiran terendah di dunia, dengan perkiraan jumlah bayi yang lahir per wanita turun dari 0,84 menjadi 0,81 pada tahun 2021. Tingkat kelahiran negara tersebut telah menurun sejak 2015, dan pada tahun 2020, lebih banyak kematian tercatat daripada kelahiran untuk pertama kali.

Selain tingkat kesuburan yang menurun, wanita di Korea Selatan lebih banyak melahirkan di usia 30-an. Usia rata-rata wanita Korsel memiliki anak pada tahun 2021 adalah 33,4, angka tersebut 0,2 tahun lebih tua dari tahun 2020. Demografi lansia juga meningkat pesat, dengan proporsi meningkat lebih dari 5 persen antara tahun 2020 dan 2021.

Hal ini membuat pada tahun 2100, populasi Korea Selatan diperkirakan akan turun 53 persen menjadi 24 juta orang. Veberapa insentif telah diperkenalkan dalam beberapa tahun terakhir untuk mengatasi tingkat kelahiran yang menurun. Termasuk kampanye sosial yang mendorong laki-laki untuk mengambil peran pengasuhan anak dan pekerjaan rumah tangga serta ” kupon bayi baru” yang diberikan oleh pihak berwenang.

Sumber: NextShark