redaksiharian.com

    48SHARES

Anak Makan Sendiri/ Foto: Shutterstock

Dream – Menyiapkan makanan untuk si kecil, pastinya orangtua melakukan dengan semangat. Terutama pada bayi yang mulai diberikan makanan pendamping air susu ibu (MPASI).

Harapannya, zat gizi yang masuk optimal dan anak menghabiskan makanannya. Kadang proses makan tak berjalan lancar. Si kecil melepeh, mengemut, atau malah tak mau membuka mulut sama sekali.

Tentunya hal ini tak membuat ibu menyerah dan akan melakukan berbagai cara agar makanan yang diberikan bisa habis disantapnya. Terkadang sampai memberi makan dan menunggu hingga berjam-jam

Ternyata hal tersebut kurang tepat. Menurut dr. Yuni Astria, Sp.A dari aplikasi Tentang Anak, untuk mencegah dan menghindari risiko tersebut, terapkan feeding rules.

” Feeding rules yang merupakan aturan dasar pemberian makan pada anak yang terdiri dari aturan jadwal, lingkungan, dan prosedur,” ujar dr. Yuni.

Berikut feeding rules yang penting untuk diterapkan:- Jadwal makanan utama dan makanan selingan (cemilan) yang teratur- Pemberian makan maksimal 30 menit- Tidak menawarkan camilan yang lain saat makan kecuali air putih

Tujuan dari feeding rules agar si Kecil mengenal rasa lapar dan kenyang sehingga anak dapat fokus menikmati makanannya. Melakukan hal ini dapat mengurangi risiko GTM (gerakan tutup mulut).

Waktu maksimal memberikan makan adalah 30 menit, bila lebih dari itu makanan cenderung sudah tak hangat dan rasanya kurang nikmat. Tak hanya itu menurut dr. Yuni, lambung memerlukan waktu minimal 2 jam untuk proses pengosongan, jika anak makan terlalu lama akan menyebabkan proses pencernaan tidak optimal.

Untuk minuman, sebaiknya hanya diberi air putih sebelum dan sesudah makan. Jangan tiap sendok makanan diberi air putih karena akan membuat si kecil kenyang.

Informasi seputar perkembangan anak bisa dilihat di aplikasi Tentang Anak, yang berkomitmen membantu orangtua dalam memantau perkembangan anak dengan mudah, cepat dan praktis, bersama ahlinya. Aplikasi dapat diunduh secara gratis di App Store dan Play Store.

Ternyata Tak Boleh Sering Lap Mulut Balita Saat Makan

Dream – Makan bagi anak usia di bawah lima tahun bukan sekadar untuk memenuhi kebutuhan nutrisi mereka. Ada banyak manfaat yang bisa merangsang tumbuh kembang motorik si kecil saat makan dan hal ini sering tak disadari orangtua.

Biasanya, si kecil disuapi saat makan. Mereka digendong atau pun duduk dan sambil menatap layar. Hal tersebut sebaiknya jangan dilakukan. Berikan saja si kecil potongan makanan yang mudah digenggam dan digigitnya.

© Shutterstock

Tak masalah jika makanan jadi sangat berantakan di mulutnya. Jangan terlalu sering membersihkan dan lap mulutnya dengan tisu basah. Saat anak makan dengan berantakan atau dikenal dengan messy eating, justru ia sedang bereksplorasi.

Hal tersebut, menurut dokter Lucyana Santoso, Sp.A, memiliki banyak manfaat. Apa saja?

1. Belajar mengenal berbagai tekstur

Membiarkan anak makan sendiri dapat mendorongnya untuk menyentuh makanan yang disajikan. Ini adalah bagian dari stimulasi taktil dan sensori untuk meningkatkan sensitivitas indra peraba. Bermanfaat besar bagi tumbuh kembang sesnsorik dan ketertarikannya pada makanan.

2. Meningkatkan kemampuan motorik

Jika dilakukan secara rutin, anak terlatih untuk fokus. Anak juga akan belajar melatih keseimbangan, mengkoordinasi gerakan, melakukan gerakan selektif, seperti menjimpit makanan. Termasuk, mengurangi GTM (gerakan tutup mulut) dan memicu keinginan mencoba makanan baru.

© Shutterstock

” Salah satu kunci keberhasilan pemberian MPASI (makanan pendamping ASI) adalah membuat proses makan menjadi menyenangkan. Maka anggap jam makan adalah waktu untuk bermain dan bereksplorasi,” ujar dr Lucy, dikutip dari TentangAnak.

Pastikan juga memberi makanan yang sesuai dengan usia anak guna mencegah tersedak. Untuk lebih efektif, bagi satu porsi makanan menjadi dua tempat, satu untuk anak makan sendiri dan satu untuk disuapi. Jangan lupa berikan apresiasi saat anak berhasil makan sendiri dan lahap.

Informasi seputar perkembangan anak bisa di lihat di aplikasi Tentang Anak, yang berkomitmen membantu banyak orangtua dalam memantau perkembangan anak dengan mudah, cepat dan praktis, bersama ahlinya. Aplikasi dapat diunduh secara gratis di App Store dan Play Store.

Menguak Kebiasaan Balita yang Tak Mau Lepas dari Selimut Lusuh

Dream – Pada beberapa anak, terutama usia di bawah lima tahun (balita), ada yang memiliki benda kesayangan yang selalu dibawa ke mana pun. Seperti boneka, mainan tertentu, bantal hingga selimut.

Biasanya, saat benda-benda itu jauh dari jangkauan, dibersihkan atau hilang, anak bisa begitu cemas hingga menangis dan mencarinya kemana pun. Bagi Ayah atau Bunda yang memiliki anak balita yang selalu membawa benda favoritnya ke mana pun mungkin kerap khawatir.

© MEN

Rupanya, hal tersebut tak sepenuhnya buruk. Penelitian menunjukkan bahwa barang yang selalu dibawa anak kemana pun adalah hal yang baik. Ternyata, itu bisa jadi alat untuk meningkatkan kepercayaan diri, nilai diri, dan bahkan memberdayakan anak.

Mengapa? Selimut atau barang apapun seperti memunculkan rasa aman bagi anak-anak. Cara itu juga membantu anak lebih tenang saat harus berpisah dengan orangtua dan pengasuhnya.

Pada beberapa anak, mereka butuh bantuan berupa ” benda pengaman” untuk menghadapi transisi sulit. Dengan benda favoritnya itu, anak seperti punya penenang yang menghubungkan mereka dengan orang-orang terdekat ketika terpisah.

Punya Koneksi yang Kuat

Dikutip dari Psychology Today, benda ‘aman’ ini berakar pada elemen sensorik yang mengurangi stres karena perpisahan, sekaligus menenangkan dan menghibur anak. Setiap aspek dari barang tersebut — mulai dari baunya, hingga noda dan kondisinya yang sudah rusak adalah bagian dari hubungan unik antara rasa aman dan anak.

Bila memang anak terus membawanya ke mana pun terutama ketika harus terpisah dari orangtua atau pengasuhnya, siapkan kantong atau tas khusus. Bila anak merasa cemas atau takut, ia bisa memegangnya, tapi ajarkan dia untuk menyimpannya dengan baik.

Siapkan tas yang bisa dibuka tutup dengan mudah oleh anak untuk menyimpan barang ” aman” si kecil. Dengan begini, ia tetap merasa aman dan tahu cara mengendalikan kecemasannya.