redaksiharian.com

    10SHARES

Ilustrasi/ Foto: Shutterstock

Dream – Mengenali emosi dan mengendalikannya bukanlah hal mudah. Orang dewasa masih sering kesulitan untuk menjaga emosinya dalam keadaan stabil. Bisa dibayangkan pada anak-anak yang tumbuh kembang fisik, kognitif dan psikologisnya masih berproses.

Mereka kerap mengamuk dan tak tahu cara meredakan emosinya. Peran orangtua sangat besar dalam mengajarkan kendali emosi pada anak-anaknya. Sebelum mengajarkan kontrol emosi, lebih dulu pastikan orangtua memiliki kemampuan untuk meregulasi emosinya sendiri.

“ Agar anak bisa meregulasi emosinya, orangtua harus lebih dahulu bisa meregulasikan emosinya,” kata Gianti Amanda, M. Psi. T., Montessori, Dipl, dalam webinar yang digelar aplikasi TentangAnak bertajuk “ Cegah dan Atasi Tantrum Pada Anak” , 24 Agutus 2022.

Regulasi emosi adalah kemampuan yang kita miliki untuk bisa mengatur emosi. Hal ini agar kita terlarut dalam emosi yang dirasakan. Penting bagi orangtua mempelajari hal tersebut, baru setelahnya mencontohkan anak bagaimana bersikap ketika berbagai emosi bermunculan.

Ragam Emosi

Langkah selanjutnya adalah memperkenalkan anak beragam emosi. Seperti sedih, marah, kesal, gembira, takut, cemas dan sebagainya. Salah satu cara untuk mengenalkan emosi adalah menggunakan buku.

” Dengan memperkenalkan anak terhadap berbagai emosi dan cara mengaturnya, hal ini akan meningkatkan kecerdasan emosional anak,” kata Gianti.

Untuk memicu para orangtu lebih aktif dalam membangun kecerdasan emosi anak-anaknya, aplikasi TentangAnak baru mendistribusikan 500 buku pada anak-anak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Jakarta.

” Kami berharap dengan sedikit memberikan dukungan melalui pemberian buku untuk PAUD di Jakarta bersama Bu Fery, buku seri ‘Kenali Emosi’ ini dapat dinikmati oleh lebih banyak anak dan yang paling penting dapat meningkatkan minat baca mereka sejak usia dini,” kata dr. Mesty Ariotedjo, Sp.A, spesialis anak, Founder & CEO Tentang Anak.

Dalam kesempatan tersebut juga hadir istri Gubernur DKI Jakarta, Fery Farhati, S.Psi., M.Sc. , Bunda PAUD dan Ketua TP PKK DKI Jakarta, yang juga membawa pesan penting bagi orangtua dan anak-anak.

” Kita sama-sama memahami bahwa kecerdasan literasi adalah salah satu kebutuhan dan keterampilan yang perlu dimiliki anak untuk menghadapi masa depannya. Sebanyak 500 buku yang disumbangkan akan kami distribusikan kepada anak-anak PAUD di Jakarta. Semoga ke depannya, lebih banyak anak-anak Indonesia yang bisa menggemari kegiatan membaca,” ujar Fery.

Laporan: Meisya Harsa Dwipuspita

Sering Tak Disadari, Pemicu Buah Hati Sangat Sulit Konsentrasi

Dream – Satu hal yang sering dikeluhkan orangtua soal anak-anaknya adalah konsentrasi. Terutama ketika si anak harus menyelesaikan tugas tertentu atau PR dari sekolah.

Meminta anak segera melakukannya dalam waktu singkat dan tepat jadi hal yang bisa sangat sulit. Pasalnya beberapa anak cenderung tak fokus dan sulit untuk berkonsentrasi. Ada banyak hal yang sangat berpengaruh pada level konsentrasi anak.

© MEN

” Untuk membantu anak meningkatkan konsentrasinya, orangtua harus memperhatikan kondisi anak dan sekelilingnya. Setelah itu baru mencari solusi bersama, dan pada bisa jadi memang anak butuh bantuan ketika harus benar-benar fokus melakukan sesuatu,” ujar Sagari Gongala, seorang psikolog dan terapis anak, dikutip dari MomJunction.

Menurutnya ada beberapa hal yang bisa jadi pertanda kalau anak memang bermasalah dalam hal konsentrasi. Antara lain, sulit duduk di satu tempat dan mudah terganggu, sering kehilangan barang, sering mengalami kesulitan dalam belajar dan mengingat, bisa juga anak tampak terus melamun.

Durasi dan Kualitas Tidur

Level konsentrasi anak dipengaruhi banyak hal. Dalam beberapa kondisi, anak yang biasanya fokus jadi sangat sulit untuk berkonsentrasi. Salah satunya adalah ketika kurang tidur.

© MEN

” Anak-anak membutuhkan delapan sampai sepuluh jam tidur setiap hari tergantung pada usia mereka. Kurang tidur merupakan kontributor yang signifikan terhadap kesulitan berkonsentrasi. Perhatikan durasi dan pola tidurnya, cari tahu juga penyebab gangguan tidur anak. Ini bagian penting untuk mengatasi kesulitan konsentrasi,” kata Gongala.

Kondisi Keluarga dan Gizi

Selain itu, kondisi keluarga di rumah juga berperan besar pada konsentrasi anak. Bila keluarga di rumah tak stabil, sering bertengkar, anak kurang perhatian, membuatnya jadi pecah fokus dan sulit konsentrasi pada pelajaran di sekolah.

” Kestabilan di rumah sangat berpengaruh pada konsentrasi anak. Sama seperti orang dewasa, anak juga mengalami stres ketika keluarganya bermasalah, mereka hanya tak bisa mengungkapkannya dengan baik,” ujar Gongala.

Satu hal yang juga tak bisa dikesampingkan dan sangat berpengaruh pada konsentrasi anak adalah asupan gizinya sehari-hari. Pastikan anak mendapat asupan makanan dan minuman yang kaya gizi karena pasti akan berdampak pada kinerja otak, kondisi fisik dan level konsentrasinya.