redaksiharian.com

    55SHARES

Tidur Bersama Anak/ Foto: Shutterstock

Dream – Beberapa orangtua sudah mengajarkan anak-anaknya sejak kecil untuk tidur sendiri. Saat bayi misalnya, anak ditidurkan di boks atau kamar sendiri. Dipasangkan juga speaker monitor untuk memantau dari jauh atau kamar lain jika si kecil menangis.

Hal ini dimaksudkan agar anak terlatih tidur sendiri. Lalu bagaimana jika orangtua belum tega dan hingga anak usia sekolah dasar (SD) masih tidur bersama-sama? Ternyata efeknya juga tak selalu buruk bagi kemandirian.

Sarah Blunden, associate professor yang juga Head of Paediatric Sleep Research di CQ University Australia, mengungkap beberapa fakta hasil penelitiannya terkait kebiasaan tidur anak yang masih bersama orangtuanya.

” Di masyarakat barat, gagasan bahwa anak-anak harus tidur sendiri baru muncul pada abad ke-19. Dengan munculnya keluarga inti di zaman Victoria, muncul kebutuhan untuk meningkatkan disiplin anak dari orangtua. Kamar tidur diprivatisasi’ dan tidur sendirian dianggap menanamkan kemandirian,” ujar Blunden.

Takut Anak Manja?

© Shutterstock

Pada awal abad ke-20, ada kekhawatiran bahwa gaya pengasuhan yang terlalu memanjakan akan memanjakan anak-anak dan tidur bersama menjadi identik dengan membesarkan anak-anak yang manja dan sulit mandiri. Bagaimana menurut penelitian?

” Sebagai makhluk sosial, anak-anak secara biologis tidak siap untuk tidur sendirian. Ini adalah sesuatu yang sering perlu mereka pelajari dengan dukungan dari orangtua atau orang dewasa tepercaya lainnya,” kata Blunden.

Dampak Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Mendapatkan kepercayaan diri untuk bisa tidur sendiri bukanlah hal yang mudah. Beberapa anak, terutama anak-anak yang sensitif atau mudah cemas, membutuhkan lebih banyak waktu dan bantuan.

” Penelitian menunjukkan bahwa tidur bersama dapat mengakibatkan ketergantungan sementara pada orang tua, dalam jangka panjang justru menghasilkan anak yang lebih tangguh, dan mampu tidur sendirian ketika mereka lebih siap,” ujar Blunden.

Seiring bertambahnya usia, tidur sendirian sering kali bersamaan dengan meningkatnya kemandirian. Menurut Blunden, tidak ada pedoman untuk usia kapan tidur bersama harus dihentikan atau dimulai, sama seperti tidak ada pedoman kapan mainan yang harus disimpan atau dibuang.

Sumber: KidSpot

Kekerasan Emosional yang Sering Tak Disadari Dilakukan Pada Anak

Dream – Kekerasan pada anak identik dengan hukuman fisik yang menyakitkan atau membuat luka. Sebenarnya, kekerasan juga dapat berbentuk lain, yaitu melalui sikap dan kata-kata yang bisa melukai psikologis mereka dan menimbulkan trauma mendalam.

Kondisi tersebut merupakan kekerasan emosional. Tanpa disadari orangtua sering melakukan kekerasan emosional pada anak-anaknya dan tak merasa bersalah. Salah satu contoh kekerasan emosional adalah suka menyalahkan anak atas semua masalah yang terjadi.

© MEN

Misalnya saat ada barang jatuh, telat di jalan atau ketika kegiatan tak berjalan tak sesuai rencana. Anak disebut-sebut jadi penyebabnya, baik sengaja maupun tidak sengaja.

Menurut Sonia Chan, seorang psikolog profesional dari TentangAnak, bentuk lain kekerasan emosi adalah meremehkan anak. Bisa meremehkan pencapaiannya atau menganggap tak penting hal yang sebenarnya begitu besar bagi anak.

” Apa pun yang penting bagi anak diminimalkan dan dibandingkan dengan orang lain. Misalnya meremehkan pencapaian, aspirasi, atau kepribadian anak di depan orang lain ‘ah, kalo itu kan semua orang bisa’, atau ‘udah gausah nangis Dik, ini kan biasa aja’,” ujar Sonia.

Mengancam atau menakuti anak juga termasuk kekerasan emosional. Contohnya, ketika anak enggan melakukan apa yang diminta, seringkali orangtua mengucapkan kalimat yang membuat anak takut agar ia segera menuruti perintah.

Seperti, ‘kalau Adik ngga dengerin, Bunda pergi aja nih!’ atau ‘ayah tinggal pulang ya kalau kakak menangis terus’. Hal-hal tersebut bagi anak bisa menimbulkan trauma mendalam dan membuat psikologisnya terluka.

Untuk itu, selalu usahakan memperhatikan tiap ucapan dan tindakan saat menghadapi anak. Bila memang emosi sedang meninggi, cari cara dulu untuk meredakannya baru berhadapan dengan anak. Jangan sampai malah melukai psikologis si kecil.

Informasi lainnya seputar perkembangan anak bisa dilihat di aplikasi Tentang Anak, yang berkomitmen membantu banyak orangtua dalam memantau perkembangan anak dengan mudah, cepat dan praktis, bersama ahlinya. Aplikasi dapat diunduh secara gratis di App Store dan Play Store.