redaksiharian.com

    5SHARES

Ibu Dan Anak

Dream – Kecenderungan orangtua memang selalu ingin melindungi anak-anaknya. Sebisa mungkin pasti kita akan melakukan hal apapun agar anak merasa aman, nyaman dan terhindar dari masalah.

Faktanya, anak akan selalu menemui masalah dalam kehidupan sehari-hari dan kita tak bisa membantunya selama 24 jam. Untuk itu, jangan selalu membereskan masalah mereka. Asah juga kemampuan anak untuk menyelesaikan masalah atau problem solving.

Psikolog profesional, Audrey Susanto, M.Psi., lewat akun Instagramnya @audreytsusanto menganjurkan para orangtua untuk melatih anak mengatasi masalah. Bisa mulai dengan hal yang mereka hadapi sehari-hari, seperti lupa mengerjakan pekerjaan rumah (PR).

Coba tanya ada anak hal apa yang bisa ia lakukan agar tak lupa lagi mengerjakan PR. Bila ia memberikan ide, hargai apapun itu. Diskusikan juga ide ayah atau ibu dan tanya mana yang paling mudah dan mungkin diterapkan.

” Penting sekali loh bu, untuk ajarkan anak problem solving. Mengapa penting ajarkan anak menyelesaikan masalahnya? Ketika anak mengalami masalah, misal, lupa mengerjakan tugas sekolah, ajarkan anak menyelesaikan masalahnya. Kemampuan menyelesaikan masalah adalah kunci penting anak mengatur hidupnya kelak,” ungkap Audrey.

Diskusi

Menurutnya, gunakan aktivitas sehari-hari sebagai kesempatan untuk berlatih menyelesaikan masalah dengan baik. Bila anak menghadapi masalah, jangan langsung membereskan untuknya. Misalnya, saat ia menumpahkan minuman, minta anak mengambil lap atau pel lalu biarkan ia membersihkan.

” Kapan mendiskusikan solusi dengan anak? Gunakan aktivitas sehari-hari sebagai kesempatan untuk berlatih menyelesaikan masalah dengan baik,” kata Audrey.

Bisa juga buka diskusi dengan anak ketika menghadapi sebuah masalah. Seperti ketika salah ambil jalan, lupa membawa sesuatu atau terlambat ke suatu tempat. Terkadang anak punya sebuah solusi yang tak kita pikirkan, mereka hanya perlu didengarkan dan diasah kemampuannya mengatasi masalah.

Selamat mencoba ayah bunda.

Tak Selalu Negatif, Anak Berulah Justru Picu Orangtua Banyak Belajar

Dream – Hadirnya anak di tengah keluarga, tentunya membutuhkan adaptasi yang luar biasa bagi ayah dan ibu yang sebelumnya hanya hidup berdua. Banyak perubahan yang terjadi, dan pastinya menjadi orangtua adalah proses belajar seumur hidup.

Ada kalanya anak bersikap sangat manis, tapi di waktu lain ia sangat berulah. Kadang membuat ayah dan ibu sangat emosi hingga suara meninggi tetapi jika anak-anak kita tidak pernah berperilaku buruk, kita akan menjadi orangtua yang tidak belajar.

” Perilaku buruk seorang anak membantu ayah dan ibu menjadi orangtua yang lebih baik. Juga memungkinkan orangtua menyesuaikan pola asuh,” kata Rachel Andrea, seorang psikolog keluarga.

© MEN

Tak selalu buruk, saat anak berulah sebenarnya orangtua sedang belajar banyak hal. Bukan hanya belajar mendidik anak tapi juga memperbaiki diri karena ingin menjadi contoh yang baik. Berikut dampak anak positif anak berperilaku buruk.

1. Kesempatan untuk belajar dan memberi contoh” Ketika anak-anak saya bertengkar atau membalas arugmen saya, saya sering berhenti dan membimbing mereka melalui tanggapan yang lebih baik. Anak-anak yang kritis dapat belajar berbicara yang baik, anak-anak yang suka berdebat dapat belajar untuk patuh dengan argumentasi,” ujar Andrea.

Justru saat krisis dan konflik itulah anak melihat respons orangtua. Mereka lebih banyak belajar lewat contoh yang dilihatnya sehari-hari.

2. Orangtua tahu yang dibutuhkan anak

Perilaku buruk kadang mengkomunikasikan kebutuhan mendasar anak. Ketika perilaku mereka mengganggu, biasanya itu pertanda bahwa mereka membutuhkan lebih banyak perhatian.

” Bukan karena kurang perhatian, tapi level perhatian yang dibutuhkan anak saat bersikap buruk sebenarnya lebih tinggi. Sikap buruk dapat menandakan kekecewaan, frustrasi, atau ketakutan yang mendalam,” kata Andrea.

© Shutterstock

Pemberontakan anak mungkin tanda kita perlu mendekatkan lagi ke anak-anak. Sebagai orangtuanya, kitalah yang harus responsif, reaktif dan memvalidasi emosi yang dialami anak.

3. Bukan sekadar reputasi

Saat anak bersikap baik, memiliki prestasi, menuruti semua yang diberitahu orangtua, pastinya orangtua merasa bangga. Lalu bagaimana respons orangtua saat rapor anak jelek, kalah dalam pertandingan atau memberontak?

© Shutterstock

” Jangan menjadi orangtua sombong yang lebih mengkhawatirkan reputasi daripada membentuk karakter anak. Justru di titik terendah anak, ia sangat membutuhkan orangtuaya, dukungan apapun itu bentuknya harus diberikan. Cobalah belajar peka dengan kebutuhan anak,” ujar Andrea.

Sumber: Imom