redaksiharian.com – Jakarta Otitis media akut merupakan suatu kondisi peradangan yang terjadi pada telinga bagian tengah. Otitis media akut biasanya terjadi secara tiba-tiba dan bertahan kurang dari tiga minggu. Telinga bagian tengah merupakan organ yang memiliki penghalang berupa bulu-bulu halus yang berfungsi untuk melindungi bagian telinga tersebut dari kuman. Namun, sistem perlindungan tersebut dapat menjadi tidak berfungsi dengan baik, dan itulah yang menyebabkan terjadinya otitis media akut.

Infeksi yang menyebar dari saluran pernapasan atas ke telinga bagian tengah biasanya memicu terjadinya otitis media akut pada anak. Hal ini dikarenakan saluran Eustachius dapat mengalami sumbatan atau peradangan. Semakin seringnya anak terkena infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), resiko terjadinya otitis media akut pada anak juga akan menjadi semakin tinggi. Mengutip dari Liputan6.com, berikut penyebab otitis media akut yang terjadi pada anak-anak:

1. Kebiasaan minum susu dari botol dalam posisi telentang.

2. Kelainan seperti bibir sumbing dan Down Syndrome.

3. Sering terkena paparan asap rokok.

4. Alergi.

5. Tingkat ekonomi yang rendah.

Gejala Otitis Media akut pada anak

Gejala otitis media akut pada bayi biasanya ditandai dengan panas tinggi, gelisah, sulit tidur, diare, kejang-kejang, dan selalu memegang telinga yang sakit. Lalu, gejala pada usia anak-anak biasanya ditandai dengan demam dan rasa nyeri pada telinga. Penderita otitis media akut pada usia anak-anak biasanya memiliki riwayat infeksi saluran pernapasan. Selain gejala demam, otitis media akut pada usia bayi dan anak-anak juga umumnya menyebabkan mual dan muntah.

Melansir dari Liputan6.com, berikut merupakan gejala otitis media akut berdasarkan stadiumnya:

1. Stadium Oklusi: Gejala ditandai dengan nyeri telinga dan terasa penuh, sehingga menyebabkan berkurangnya pendengaran.

2. Stadium Hiperemis: Gejala umumnya berupa demam dan nyeri telinga. Lalu, gejala pada bayi dan anak-anak ditandai dengan gelisah, muntah, dan hilangnya nafsu makan.

3. Stadium Supurasi: Memiliki gejala yang sama seperti stadium hiperemis.

4. Stadium Perforasi: Keluarnya cairan dari telinga yang harus diperhatikan apakah berwarna jernih atau keruh, mengandung darah atau tidak, dan berbau atau tidak.

5. Stadium Resolusi: Keluhan yang dialami penderita akan berkurang setelah keluarnya cairan dari telinga. Bayi dan anak-anak yang menderita otitis media akan mengalami penurunan suhu tubuh yang berangsur normal, dan menjadi lebih tenang pada stadium ini. Namun, jika cairan terus keluar tentunya akan dapat mengganggu fungsi pendengaran.

Cara penanganan Otitis Media akut

Sama seperti gejalanya, penanganan otitis media akut juga disesuaikan dengan stadium yang dialami oleh anak. Berikut penanganan otitis media akut yang dirangkum dari Liputan6.com:

– Stadium Oklusi: Memberikan obat tetes hidung untuk melebarkan kembali saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dan rongga mulut.

– Stadium Hiperemis: Memberikan obat antibiotik (untuk membersihkan kuman), antiradang, dan antinyeri.

– Stadium Supurasi: Memberikan antibiotik dan dibarengi dengan melakukan tindakan perobekan pada sebagian kecil selaput yang memisahkan telinga luar dan telinga tengah. Hal ini dilakukan agar cairan kental dalam telinga dapat keluar sedikit demi sedikit sehingga tidak menyebabkan timbulnya lubang yang besar.

-Stadium Perforasi: Memberikan obat cuci telinga dan antibiotik.

Cara mencegah Otitis Media akut pada anak

Sebelum otitis media akut menyerang bayi dan anak, para orang tua haruslah mengetahui cara pencegahannya. Melansir dari Liputan6.com, salah satu pencegahan terbaik untuk otitis media akut pada anak adalah dengan mencegah terjadinya infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Jika anak sudah terkena ISPA, segera kunjungi dokter agar tidak menimbulkan komplikasi yang dapat disebabkan oleh otitis media akut.

Bagi bayi yang sudah terlanjur terkena otitis media akut, para ibu dapat memberikan ASI sampai bayi berusia 6 bulan hingga 2 tahun untuk mencegah terjadinya ISPA. Selain itu, jauhkan bayi dari paparan asap rokok yang dapat memicu terjadinya ISPA. Melakukan imunisasi Hib dan PCV juga sangat penting agar terhindar dari bakteri Haemophilus Influenza dan Streptococcus Pneumniae penyebab infeksi saluran pernapasan. Kedua vaksin tersebut harus dilakukan secara serangkai yaitu saat anak berusia 2, 4, dan 6 bulan.

*Penulis: Frida Anggi Pratasya.

#Women for Women