redaksiharian.com – Presiden Rusia Vladimir Putin memanfaatkan pidatonya di hadapan pemimpin Asia untuk mengembangkan tema yang semakin intens ditekankan di tengah rentetan kekalahan di Ukraina , yakni Moskow memerangi Barat untuk membangun dunia yang lebih adil.

Seperti dilansir Reuters, Jumat (14/10/2022), dengan sanksi-sanksi ekonomi Barat semakin menjerat Rusia, Putin mengalihkan penekanannya dari memerangi dugaan ‘fasis’ di Kiev hingga melakukan konfrontasi terhadap ‘Barat secara kolektif’ yang mempersenjatai Ukraina.

“Dunia menjadi sungguh-sungguh multipolar,” kata Putin dalam pidatonya dalam Konferensi tentang Interaksi dan Langkah Membangun Kepercayaan di Asia (CICA) yang berlangsung di Astana, Kazakhstan .

“Dan Asia, di mana pusat-pusat kekuatan baru muncul, memainkan peran signifikan, bahkan kunci,” ujarnya.

Dalam pidatonya, Putin menggambarkan Barat sebagai kekuatan neo-kolonial yang cenderung menghambat perkembangan belahan dunia lainnya dan mengeksploitasi negara-negara miskin.

“Seperti banyak mitra kami di Asia, kami meyakini revisi diperlukan dalam sistem keuangan global, yang selama beberapa dekade memungkinkan apa yang disebut sebagai ‘golden billion’, yang mengalihkan semua aliran modal dan teknologi ke mereka sendiri untuk hidup sebagian besar dengan biaya orang lain,” sebut Putin.

Negara-negara anggota CICA diketahui memiliki agenda masing-masing yang beragam, namun telah menjadi lebih berharga bagi Rusia sebagai konsumen minyak, gas, dan komoditas lainnya yang sulit dijual ke Barat.

Forum CICA terdiri atas 28 anggota, termasuk beberapa negara Asia Tengah bekas Uni Soviet yang menganggap Rusia sebagai bekas penguasa kolonial mereka, kemudian juga China, India, dan beberapa negara Arab serta Asia Tenggara, yang diuntungkan dari hubungan perdagangan erat dengan Barat dan Jepang.

Isitilah ‘golden billion’ menjadi populer dalam wacana politik Rusia tahun 1990-an sebagai bagian teori yang menyatakan negara-negara Barat berkonspirasi untuk mengeksploitasi sumber daya negara-negara lainnya, terutama Rusia, sambil membiarkan negara-negara itu tetap miskin dan mencuci otak penduduk mereka.

Teori itu juga mendukung tujuan yang diakui Putin untuk memulihkan status kekuatan global Rusia, dengan menentang apa yang dilihat sebagai komplotan rahasia yang dipimpin Amerika Serikat (AS).

Baik Ukraina maupun Barat telah membantah adanya niat mengancam atau melemahkan Rusia, yang mereka sebut mengobarkan perang agresi imperialis terhadap Kiev.