redaksiharian.com – TikTok dilaporkan tengah berupaya membangun gudang produk di Amerika Serikat, menciptakan sistem rantai pasokan e-niaga yang berpotensi menyaingi Amazon.

Layanan hosting video mengiklankan 389 lowongan pekerjaan di Seattle, yang terdiri dari rekayasa perangkat lunak, ilmu data dan analitik, e-niaga, strategi monetisasi e-niaga, kepemimpinan kategori ritel, dan lainnya.

“Dengan menyediakan pergudangan, pengiriman, dan pengembalian layanan pelanggan, misi kami adalah membantu penjual meningkatkan kemampuan dan efisiensi operasional mereka, memberikan pembeli pengalaman berbelanja yang memuaskan dan memastikan pertumbuhan Toko TikTok yang cepat dan berkelanjutan,” tulis perusahaan itu dalam satu daftar pekerjaan.

Rencana tersebut menegaskan komitmen jejaring sosial itu untuk bisnis belanjanya di Barat, setelah mencapai kesuksesan di China, di mana penjualan TikTok Shop meningkat tiga kali lipat dari tahun ke tahun.

Seorang juru bicara TikTok menolak memberikan komentar. Namun, dalam sebuah pernyataan kepada CNN, juru bicara tersebut mengatakan perusahaan berfokus memberikan pengalaman berbelanja yang berharga di negara-negara tempat TikTok Shop saat ini ditawarkan di seluruh Asia Tenggara dan Inggris, yang mencakup menyediakan berbagai fitur produk dan opsi pengiriman kepada para pedagang.

Namun demikian, perusahaan gagal meluncurkan produk e-niaga yang sukses di Inggris, dilaporkan gagal mencapai target penjualan.

Sebagai respon, influencer dan merek berhenti dari skema, dan perusahaan menghentikan rencana untuk menerapkan fitur belanja di seluruh Eropa. Demikian seperti disiarkan Financial Buzz, Rabu (12/10).